Ketum INACA: Kargo Udara Tahan Banting dan Masa Depan Bisnis Penerbangan Nasional

0
385

Bisnis kargo udara dinilai mampu bertahan atau tahan banting di masa pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung saat ini. Data dari 15 bandara di bawah Angkasa Pura (AP) I, misalnya, lalu lintas kargo udara yang dilayani pada 2020 mencapai 436.049 ton.

“Jumlah itu hanya turun sedikit dibanding 2019 yang mencapai 481.180 ton. Sementara di Kuartal I/2021 AP I sudah melayani lalu lintas 105.411 ton kargo udara. Diprediksi jumlah kargo udara yang dilayani di 15 bandaranya hingga akhir 2021 mencapai 445.049 ton,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) Denon B. Prawiraatmadja yang dikutip dari akun media sosial Instagram­­-nya, Rabu (12/5).

Denon menuturkan, berkah meningkatnya kargo udara juga turut dirasakan maskapai Citilink. Selama pelarangan mudik Lebaran 2021 terutama sejak hari pertama larangan mudik pada 6 Mei 2021, Citilink berhasil mengangkut sekitar 250 ton kargo udara ke beberapa kota seperti DKI Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Pekanbaru, Pontianak, Batam dan lain sebagainya.

Baca Juga :   Memasuki Usia ke-10 Tahun, Astra Life Bertumbuh dari Sisi Bisnis

Menurut Denon, Citilink memiliki 36 penerbangan kargo dengan 20 rute yang menggunakan pesawat Airbus A320, ATR 72-600 dan Boeing B735 freighter. Citilink memanfaatkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah pada April 2020 yaitu Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Nomor 17 tahun 2020 tentang Pesawat Konfigurasi Penumpang yang Digunakan untuk Mengangkut Kargo di Dalam Kabin Penumpang.

“Pesawat-pesawat yang biasanya digunakan untuk mengangkut penumpang, mereka gunakan untuk mengangkut kargo, karena penumpangnya dilarang terbang,” ujar Denon.

Bisnis kargo udara Indonesia tahan banting di masa pandemi ini, kata Denon, disebabkan beberapa hal. Salah satunya karena kebutuhan baik itu makanan, sandang, papan maupun barang kebutuhan lainnya. Sebagian barang-barang tersebut, kata Denon, tentu saja harus didapatkan dari luar daerah sehingga memerlukan transportasi untuk mengirimkannya termasuk transportasi udara atau penerbangan.

Penerbangan, kata Denon, menjadi salah satu pilihan kuat karena kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Penerbangan memiliki beberapa kelebihan dibanding transportasi lain semisal, kecepatan, keselamatan dan keamanan serta sanggup menghadapi berbagai cuaca.

Baca Juga :   Pasca Donasikan APD ke Banten dan Tangerang, Sinar Mas Land Lanjutkan ke Pemkot Tangsel

“Jika mengacu kepada operasional pesawat, perjalanan melintasi Indonesia dari ujung barat sampai ujung timur bisa dijalani dalam 1 hari. Tentu ini tidak bisa dilakukan oleh moda transportasi lain,” kata Denon.

Karena kebutuhan kargo udara yang sangat vital ini, kata Denon, pemerintah pun tidak melarang penerbangannya. Pemerintah justru mendorong transportasi logistik ini terus beroperasi walau ada larangan bagi masyarakat untuk mudik.

 

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics