Meski Penuh Ketidakpastian di 2020, Memasuki 2021 Harga Komoditas Mulai Naik

0
401

Perubahan perkiraan pertumbuhan perekonomian suatu negara disebut menjadi fakta betapa wabah Covid-19 mempengaruhi perekonomian. Dinamika Covid-19 membuat sebuah negara dan berbagai lembaga sulit memberikan prediksi yang akurat mengenai pertumbuhan ekonomi.

“Ini menggambarkan tahun ini terjadi perubahan perkiraan karena adanya dinamika Covid-19. Itu sebabnya revisi perkiraan dilakukan dalam frekuensi yaang cukup sering,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan resminya lewat virtual, Jakarta, Senin (21/12).

Sri Mulyani mengatakan, karena perubahan perkiraan itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi penuh dengan ketidakpastian. Itu bisa dibandingkan mulai dari sebelum adawabah Covid-19 dan sesudahnya. Sebelum Covid-19 berlangsung, pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh berbagai lembaga dan negara diperkirakan mencapai 5%.

Sementara, kata Sri Mulyani, Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 mencapai 5,3%. Namun, angka ini langsung mengalami perubahan pada Maret 2020 ketika wabah Covid-19 pertama kali diumumkan di kisaran 0% atau sedikit di atas 0%.

“Sedangkan Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan 2,5%, IMF 2,5%, Bank Dunia -3,5% hingga 2,1% dan OECD 4,8%. Sedangkan Kementerian merevisi jadi -0,4% hingga -2,3%,” kata Sri Mulyani.

Baca Juga :   Sektor Retail Anjlok, Hippindo Minta Pajak di Mal Dihapus hingga Desember 2020

Lalu, kata Sri Mulyani, perkiraan kembali mengalami perubahan setelah pada Juni 2020 wabah Covid-19 mulai meluas terutama setelah terjadi kontraksi di kuartal II. ADB perkirakan Indonesia tumbuh -1%, IMF -0,3%, Bank Dunia 0% dan OECD di kisaran -3,9% hingga -2,8%. Lalu, pada kuartal III mulai terjadi perbaikan meski masih tumbuh negatif sehingga berbagai lembaga seperti ADB perkirakan Indonesia tumbuh -1%, IMF -1,5%, Bank Dunia antara -2,0% hingga -1,6% dan OECD -3,3%.

“Kami juga ubah prediksi menjadi -1,7% hingga 0,6%. Berdasarkan data hingga November 2020, kami merevisi lagi jadi -2,2% hingga -1,7%, lalu ADB -2,2%, Bank Dunia -2,2% dan OECD -2,4%. Kisaran pertumbuhan kita seperti itu dan tentu saja kita harus tetap waspada,” kata Sri Mulyani.

Harapan pemulihan, kata Sri Mulyani, juga tampak pada indeks Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang sudah memasuki level ekspansi. Posisinya berada di 50,6. Dengan adanya harapan pemulihan ekonomi dan memasuki 2021 terlihat adanya suasana yang relatif positif terhadap komoditas.

Baca Juga :   OJK: Perkembangan Informasi di Era Digital Merupakan Tantangan

“Harga komoditas mengalami perbaikan di 2 minggu terakhir di Desember 2020. Semuanya di atas 100 sehingga harga-harga komoditas menunjukkan aktivitas global yang menyebabkan kenaikan harga dan volume,” kata Sri Mulyani.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics