Pertamina: Stok BBM Nasional Masih Aman

0
617

Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) meyakinkan stok bahan bakar minyak (BBM) dalam kondisi aman. Pertamina Patra Niaga terus memonitor keadaan stok serta proses distribusi BBM dan LPG agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik sehubungan dengan insiden tanki 36T-102 yang berisi produk Pertalite di Refinery Unit IV Cilacap Sabtu malam (13/11/2021).

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, SH C&T Alfian Nasution mengatakan per hari Minggu (14/11/2021) kondisi stok nasional masih dalam keadaan aman. Ketahanan stok produk Premium 27 hari, Pertalite diatas 10 hari, Pertamax 15 hari, Turbo 50 hari, Solar 20 hari, Avtur 35 hari, dan LPG diatas 12 hari.

Menurut Alfian, pendistribusian saat ini juga berlangsung dengan normal untuk wilayah Jawa Tengah dan sebagai Jawa Barat, cakupan wilayah yang disuplai dari Kilang RU IV Cilacap.

Ia mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang diterima kilang atau fasilitas produksi RU IV Cilacap tetap beroperasi meskipun tidak dalam kapasitas maksimal, sehingga tetap dapat menyuplai BBM, LPG, dan Avtur.

Baca Juga :   Kementerian BUMN: Labuan Bajo Berkembang Karena Kolaborasi

Melalui pipa, RU IV Cilacap menyuplai kebeberapa Terminal BBM dan LPG, seperti Lomanis, Maos, Rewulu, dan Boyolali untuk di Jawa Tengah, serta ke Tasikmalaya, dan Bandung Grup di Jawa Barat. Melalui kapal, RU IV Cilacap menyuplai beberapa wilayah di Regional Jawa Bagian Barat (JBB), Jawa Bagian Tengah (JBT) hingga ke Jawa Timur, termasuk produk Avtur.

“Pertamina Patra Niaga juga akan menyiapkan beberapa mekanisme suplai Reguler, Alternatif, dan Emergency (RAE) sebagai kontigensi plan, antisipasi sehingga suplai ke masyarakat dapat berjalan dengan maksimal. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir dan tidak perlu panik, Pertamina Patra Niaga akan tetap fokus melakukan penyaluran dan memastikan ketersediaan BBM, LPG, dan Avtur untuk melayani kebutuhan masyarakat,” kata Alfian yang dikutip dari website Pertamina.

Leave a reply

Iconomics