APRINDO: ID FOOD Berperan Strategis dalam Menjaga Ketersediaan dan Kestabilan Harga Pangan

0
360

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mengapresiasi telah dibentuknya BUMN holding pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD. Keberadaan holding pangan ini sangat strategis untuk mengatasi dua isu penting terkait pangan yaitu ketersediaan dan stabilitas.

Roy N. Mandey, Ketua APRINDO mengatakan bersatunya sejumlah BUMN sektor pangan dalam satu holding akan memudahkan koordinasi dan komunikasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Roy mengatakan ID FOOD ini memiliki peranan yang strategis dalam memastikan ketersediaan dan kestabilan harga panga.

“Ketika kita berbicara pangan, outputnya hanya dua yaitu ketersediaan barang (pangan) dan
kestabilan harga. Dua output inilah yang tentunya menjadi harapan kita – pelaku usaha. Kalau kami di ritel melihat, kiranya dapat diorkestrasikan oleh ID FOOD,” ujar Roy dalam webinar Strategy, Implementasi dan Tantangan Sektor Pangan Indonesia Pasca-Launching Id Food yang digelar Theiconomics, Rabu (16/3).

Roy juga berharap kehadiran ID FOOD ini memperkuat sinergi dan kolaborasi antara BUMN dan sektor swasta. APRINDO berharap ID FOOD ini dapat menjamin pasokan sejumlah pangan strategis. “Kalau kami di ritel, kita membutuhkan sekali pemasok yang sustainable. Pemasok yang terus-menerus dapat memberikan sourcing-nya dengan jangka waktu yang panjang tentunya,”ujar Roy.

Baca Juga :   Inilah Persiapan Rajawali Nusindo untuk Penuhi Kebutuhan Pangan Nataru

ID FOOD sendiri merupakan produsen sejumlah komoditas pangan strategis seperti beras, minyak goreng, gula, dan lainnya yang sangat diperlukan oleh peritel modern. Di tengah kenaikan harga energi saat ini, Roy, mengatakan kepastian pasokan dari ID FOOD sangat diperlukan oleh peritel modern sebagai kontributor 35% konsumsi masyarakat.

“Tentunya melalui ID FOOD ini kita bisa mendapatkan harga yang lebih terjangkau atau harga yang berbeda dengan pelaku usaha swasta lainnya yang saat ini menjadi sourcing atau menjadi produsen dan distributor dari produk-produk tersebut (pangan strategis),” ujar Roy.

Selain ID FOOD, APRINDO juga menaruh harapan besar pada Badan Pengan Nasional (BPN). Lembaga yang dipimpin oleh Arief Prasetyo Adi ini diharapkan untuk menyediakan neraca pangan nasional. Menurut Roy, neraca pangan ini penting sebagai acuan data pangan yang valid yang bisa menjadi pegangan semua pihak termasuk pelaku usaha.

Neraca pangan ini memuat data mengenai pasokan di hulu, distribusi hingga ke sektor hilirnya. Data ini perlu sama, tidak berbeda-beda antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Neraca pangan ini juga menjadi rujukan dalam memutuskan untuk melakukan impor untuk komoditi yang memang tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri.

Baca Juga :   Tak Perlu Panik, ID FOOD Jaga Pasokan Pangan Selama Libur Idulfitri

Selain neraca pangan, keberadaan BPN juga diharapkan oleh APRINDO untuk menjadi lembaga yang bisa menyatukan seluruh stakeholder baik BUMN maupun swasta di sektor pangan. Kolaborasi antara berbagai stakeholder pangan ini diharapkan bisa diorkestrasikan oleh BPN agar ketersediaan pangan terjamin dan harganya pangan juga stabil.

APRINDO juga berharap BPN melakukan digitalisasi di sektor pangan seperti digitalisasi data neraca pangan serta digitalisasi dalam melakukan koordinasi antara Kementerian/Lembaga dan juga kolabroasi antara BUMN dan pelaku swasta. Dengan digitalisasi, posisi stok gula atau beras, misalnya, dapat diketahui datanya dan dapat diverifikasi ketersediaan fisiknya.

“Sehingga apa pun situasinya, mudah-mudahan dengan digitalisasi ini kita dapat meminimalisir atau mengeliminasi fluktuasi, karena yang dikhwatirkan oleh masyarakat atau kami pelaku usaha, ketika berfluktuasi maka tentunya banyak hal yang perlu kita selesaikan. Berbeda dengan kestabilan, kalau kestabilan berarti kita akan lebih memiliki potensi untuk memikirkan hal-hal yang baru yang out of the box,” ujarnya.

“Kalau berfluktuasi maka kita terkonstrasi bagaimana fluktuasi itu dapat diselesaikan. Contohnya, minyak goreng. Ini sudah tiga bulan berfluktuasi, sehingga konsentrasi kita akan habis bagaimana bisa untuk menyediakan pasokan, bagaimana supaya tidak panic buying, bagaiamana menggempur produsen dan distributor supaya terus memberikan pasokan, karena di ritel tidak pernah produksi minyak goreng. Jadi, bagaimana meminimalisir fluktuasi itu tentunya menjadi bagaian yang penting melalui digitalisasi,” jelas Roy.

Leave a reply

Iconomics