Bank Indonesia Bakal Mulai Turunkan Suku Bunga Acuan pada Semester II 2024

1
153

Bank Indonesia berencana mulai menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate pada semester kedua tahun 2024. Pada Rapat Dewan Gubernur, 20-21 Desember 2023, bank sentral ini masih mempertahankan BI Rate pada level 6%, level tertinggi sejak Juli 2019.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan BI Rate akan diturunkan bila tingkat inflasi bisa ditekan pada sasaran yaitu 2,5±1%.

Di sisi lain, Perry mengatakan Bank Indonesia juga memperkirakan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) akan menurunkan Fed Fund Rate (FRR) sebesar 50 basis poin mulai semester kedua 2024. Namun, ia menegaskan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate tidak mengikuti langkah Fed.

“Di dalam menentukan BI Rate memang kami mempertimbangkan Fed Fund Rate, tetapi tidak akan following Fed Fund Rate,” ujar Perry dalam konferensi pers, Kamis (21/12).

Perry menejelaskan pertimbangan utama Bank Indonesia menurunkan BI Rate adalah bila tingkat inflasi di dalam negeri terkendali pada sasaran 2,5±1%. Hal itu bisa dilakukan dengan memperkuat nilai tukar Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang-barang impor atau imported inflation dan juga mengendalikan inflasi pangan (volatile food) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Baca Juga :   Gubernur Bank Indonesia: Masih Ada Ruang Penurunan Suku Bunga Acuan

“Hasil dari itu [pengendalian inflasi] menentukan the timing of BI Rate. Sementara ini, planning kami adalah di Semester II [2024]. Sekali lagi bukan kami mengikuti FMOC [Fed] karena memang perhitungannya adalah seperti itu [pengendalian inflasi di dalam negeri],” ujar Perry.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada  November 2023 berada di level 2,86% (yoy), sehingga Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahun 2023 ini berada dalam kisaran 3% plus minus 1%.

Inflasi inti pada November 2023 tetap rendah, yaitu sebesar 1,87% (yoy) sejalan dengan konsistensi kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar Rupiah oleh Bank Indonesia. Inflasi administered prices juga rendah sebesar 2,07% (yoy). Sementara itu, inflasi kelompok volatile food naik menjadi 7,59% (yoy) dipengaruhi oleh faktor musiman yang memengaruhi produksi beberapa komoditas hortikultura.

Perry mengatakan, Bank Indonesia akan terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, terutama yang bersumber dari harga pangan. Untuk itu, Bank Indonesia tetap memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah untuk memastikan inflasi terkendali dalam kisaran 2,5 plus minus 1% pada 2024.

1 comment

Leave a reply

Iconomics