BPS: Nilai Ekspor 2024 Naik 4,78% Secara Tahunan

0
19
Reporter: Rommy Yudhistira

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 23,46 miliar pada Desember 2024 atau turun turun 2,24% dibanding November 2024. Sementara secara tahunan (yoy) nilai ekspor Desember 2024 itu naik 4,78%.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, penurunan ekspor Desember 2024 karena merosotnya ekspor non-minyak dan gas bumi (migas) menjadi sekitar US$ 22 miliar dari sebelumnya sekitar US$ 23 miliar atau turun 3,36%. Sedangkan, ekspor migas naik 17,12% yakni dari sekitar US$ 1,33 miliar menjadi sekitar US$ 1,53 miliar.

Faktor yang mendorong peningkatan ekspor migas, kata Amalia, melonjaknya ekspor minyak mentah sekitar 28,02% atau US$ 231,0 juta, ekspor hasil minyak naik 2,50% atau US$ 468,5 juta, dan ekspor gas alam naik 24,09% atau US$ 839,9 juta.

“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari-Desember 2024 mencapai US$ 264,70 miliar atau naik 2,29% dibanding periode yang sama di 2023, sementara ekspor kumulatif non-migas mencapai US$ 248,83 miliar atau naik 2,46%,” kata Amalia dalam keterangan resminya secara virtual Rabu (15/1).

Baca Juga :   Kinerja Ekspor Toyota Indonesia Periode Januari-November 2021

Kata Amalia, total nilai ekspor non-migas Desember 2024 ke 13 negara tujuan mencapai sekitar US$ 16 miliar atau turun US$ 163,4 juta (1,03%) dibanding November 2024. Penurunan itu karena rendahnya nilai ekspor ke sebagian negara tujuan utama seperti Tiongkok sebesar US$ 454,0 juta (-7,27%); India US$ 164,4 juta (-10,40%); dan Taiwan US$ 46,3 juta (-9,20%).

Sementara negara tujuan ekspor yang meningkat, kata Amalia, Korea Selatan U$ 129,2 juta (19,7%); Amerika Serikat US$ 117,1 juta (5,00%); dan Thailand US$ 91,2 juta (18,30%). Di periode yang sama, nilai impor Indonesia mencapai sekitar US$ 21,2 miliar atau naik 8,10% dibanding November 2024.

Kondisi itu, kata Amalia, karena naiknya impor migas sebesar US$ 726,4 juta atau melonjak 28,26%, untuk non-migas hanya naik 5,06% atau sebesar US$ 864,0 juta. Peningkatan impor migas karena bertambahnya impor minyak mentah sebesar US$ 407,8 juta atau meningkat 82,69%, dan hasil minyak US$ 318,7 juta atau naik 15,34%.

“Peningkatan ini karena bertambahnya impor migas US$ 444,7 juta dan non-migas US$ 11.328,6 juta. Peningkatan nilai impor migas dipicu bertambahnya impor hasil minyak US$ 1.233,8 juta, walau impor minyak mentah turun US$ 789,1 ribu,” ujar Amalia.

Baca Juga :   Dari Yogyakarta untuk Dunia: 25 Kontainer Senilai Rp10,68 Miliar Meluncur ke AS dan Eropa

Amalia menambahkan, angka kumulatif impor non-migas berasal dari 13 negara mencapai US$ 14.165,7 juta atau naik 5,27% dari periode sebelumnya. Kondisi itu dipengaruhi bertambahnya nilai impor dari beberapa negara utama seperti Tiongkok US$ 759,6 juta (11,64%), Australia US$ 174,3 juta (25,15%), dan Jerman US$ 76,4 juta (26,14%).

“Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, impor dari 13 negara utama selama Januari-Desember 2024 mengalami peningkatan senilai US$ 7.327,5 juta,” katanya.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics