Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Diproyeksikan Lesu Jadi Alasan BI Pangkas Suku Bunga

0
50

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia [BI] pada 14-15 Januari ini memutuskan memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Keputusan di luar ekspektasi ekonom ini ternyata diambil, salah satunya, mempertimbangkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung melemah baik pada 2024 maupun 2025 ini.

“Data-data triwulan IV, dan juga berbagai hasil survei kita kedepan, menunjukkan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi kita khususnya di tahun 2025 dan mulai kelihatan di triwulan IV 2024, lebih rendah dari perkiraan,” jelas Gubenur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjawab pertanyaan media dalam konferensi pers pengumuman hasil RDG Januari 2025 pada Rabu (15/1).

Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2024 memang masih berada di atas 5%, tetapi “mungkin di bawah 5,1%.”

BI sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada rentang 4,7% hingga 5,5%.

Kelesuhan ekonomi Indonesia, sambung Perry, berlanjut ke tahun 2025 ini. Semula BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 ini berada pada rentang 4,8% hingga 5,6% dengan median 5,2%. 

Baca Juga :   Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 6%

Tetapi, tebaru BI merevisi ke bawah proyeksi tersebut menjadi 4,7% hingga 5,5% dengan median 5,1%.

“Oleh karena itu, this is the time untuk menurunkan suku bunga supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik,” ujar Perry.

Penurunan BI Rate ini, menurut Bank Indonesia juga didukung oleh tingkat inflasi dalam negeri yang rendah. BI mematok inflasi pada 2025 dan 2026 berada pada rentang 2,5% plus minus 1 atau 1,5% hingga 3,5%, sama seperti tahun 2024 lalu.

“Kami perkirakan dua tahun ini juga masih akan tetap rendah. Dengan inflasi yang rendah, terbuka untuk menurunkan suku bunga,” ujar Perry.

Sebenarnya stance kebijakan moneter BI untuk menjaga keseimbangan antara “stability dan growth” sudah terlihat pada RDG bulan-bulan sebelumnya, sejak BI menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin pada September 2024.

Namun, BI kemudian mempertahankan BI Rate pada level 6% pada RDG Oktober hingga Desember karena mempertimbangkan dinamika yang terjadi secara global, terutama arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed, serta kejelasan kebijakan Pemerintah Amerika Serikat pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden negara itu pada awal November 2024.

Baca Juga :   Sesuai Perkiraan, Bank Indonesia Pertahankan BI Rate di Level 6%

Perry mengatakan beberapa bulan sebelumnya, ketidakjelasan arah kebijakan suku bunga The Fed dan pemerintah Amerika Serikat masih besar.

Tetapi, ia mengklaim, Januari ini, meski “uncertainty-nya masih ada,”, tetapi BI sudah bisa menakar.

Ia mengatakan, defisit fiskal pemerintah Amerika Serikat sudah kelihatan yaitu 7,7% dari PDB. Bank Indonesia pun sudah memperkirakan dampaknya pada kenaikan imbal hasil surat utang negara itu, US Treasury, baik tenor dua tahun maupun 10 tahun.

Arah kebijakan suku bunga The Fed, sambung Perry, juga sudah bisa ditebak. Bila sebelumnya, BI masih meraba-raba penurunan Fed Fund Rate [FRR] pada rentang 50 basis poin hingga 75 basis poin pada 2025, sekarang BI lebih percaya diri “kemungkinan [penurunan] Fed Fund Rate tahun ini hanya sekali, 25 bps.”

Perry mengklaim, BI pun sudah memperkirakan dampak kebijakan fiskal pemerintah Amerika Serikat, serta kebijakan suku bunga The Fed pada indeks dolar [DXY].

“Kami dalam dua hari ini melakukan exercise, skenario-skenario nilai tukar. Kesimpulannya, nilai tukar [Rupiah terhadap Dolar AS] sekarang dan kedepan masih konsiten dengan nilai fundamental,” ujarnya.

Baca Juga :   BI Rate Bertahan di 6%, Apakah Semester II Jadi Turun?

Saat ini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat masih berada di atas 16.000, sejak Desember 2024.

Meski tampak percaya diri, Perry juga masih menyelipkan keraguan. Namun, kebijakan harus tetap diambil.

“Bukan kami harus menunggu semuanya jelas, namanya pengambilan keputusan selalu menghadapi ketidakpastian,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics