Fed Fund Rate Kemungkinan akan Capai 5,75%, Apa Strategi Bank Indonesia Cegah Capital Outflow?

0
134

Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuannya dalam rapat Dewan Gubernur 24-25 Juli 2023. Langkah ini dilakuan di tengah prakiraan bank sentral Amerika Serikat – Federal Reserve (Fed) – menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Juli ini dan 25 basis poin pada September nanti.

Saat ini Fed Fund Rate (FRR) berada di level 5%-5,25%. Artinya, tidak terpaut jauh dengan BI 7-Day Reverse Repo Rate – suku bunga acuan Bank Indonesia. Bila Fed menaikkan 50 basis poin lagi, maka tingkat FRR dan BI 7-Day Reverse Repo Rate akan sama yaitu 5,75%. Kondisi ini dikhawatirkan akan memicu aliran modal keluar (capital outflow) dari Indonesia ke Amerika Serikat.

Namun, Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia mengatakan tak akan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate lagi. Alasannya, tingkat inflasi di dalam negeri sudah rendah. Pertumbuhan ekonomi domestik juga cukup baik. “Sehingga ya [suku bunga acuan] 5,75% itu sudah pas,”ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (25/7).

Baca Juga :   Utang Luar Negeri Naik 1,8% di Mei 2024

Untuk menahan aliran modal keluar (capital outflow) Bank Indonesia punya strategi lainnya yang tidak menggunakan instrumen suku bunga, tetapi melalui instrumen stabilitas nilai tukar Rupiah baik melalui operation twist maupun triple intervention.

“Enggak perlu pake jamu suku bunga, cukup dengan kami stabilkan nilai tukar Rupiah. Caranya bagaimana? Intervesi spot dan DNDF [Domestic Non-Delivery Forward], juga twist operatioan supaya kita menjual SBN yang jangka pendek sehingga terjadi inflow,” ujar Perry.

Perry mengatakan cadangan devisa Indonesia saat ini cukup kuat untuk melakukan intervensi pasar untuk stabilisasi Rupiah. “Nilai tukar kita stabil bahkan year to date itu menguat, masih lebih baik dengan Peso maupun negara lain,” ujarnya.

Perry menjelaskan inflasi di Amerika Serikat memang sudah menurun, tetapi penurunanya relatif lambat. Saat ini tingkat inflasi Amerika Serikat berada di level 3,6% year on year (YoY). Ia memprakirakan tingkat inflasi di Negeri Paman Sam itu baru akan mencapai level 2% – sesuai target Fed – pada akhir tahun 2024. Penyebab lambatnya laju penurunan inflasi di Amerika Serikat, jelas Perry, terutama karena keketatan pasar tenaga kerja. Ekonomi Amerika Serikat yang semula diprakirakan resesi juga ternyata risikonya menurun.

Baca Juga :   JCR Beri Rating BBB+ dengan Outlook Stabil untuk Indonesia, Bank Indonesia: Stakeholders Internasional Yakin

Karena itu, Bank Indonesia memprakirakan FRR akan bertahan di level 5,75% untuk waktu yang cukup lama.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics