ICDX: Jepang dan Korea Selatan Ikuti Jejak IEA, Minyak Kian Merosot
Pada penutupan pekan pagi ini, harga minyak terpantau bergerak bearish dipicu oleh pengumuman dari Jepang dan Korea Selatan yang menyatakan akan turut berpartisipasi dalam rencana perilisan minyak terkoordinasi yang diinisiasi oleh AS dan negara-negara anggota IEA. Potensi India untuk ikut serta juga turut membuat pergerakan harga minyak kian terbebani.
Girta Yoga, Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) menyebut Jepang akan merilis rekor 15 juta barel minyak dari cadangan strategis negara sebagai bagian dari putaran kedua rencana perilisan minyak terkoordinasi yang dipimpin oleh International Energy Agency (IEA), ungkap Perdana Menteri Fumio Kishida pada hari Kamis. Pada putaran pertama perilisan minyak terkoordinasi sebesar 60 juta barel, Jepang akan berkontribusi dengan merilis dari cadangan strategis swasta sebanyak 7,5 juta barel, yang sekaligus menjadikan Jepang sebagai penyumbang terbesar kedua setelah AS dalam rencana perilisan minyak terkoordinasi yang di inisiasi oleh AS dan IEA tersebut.
Selain Jepang, Korea Selatan juga mengumumkan akan merilis 7,23 juta barel minyak dari cadangan strategisnya. Pengumuman tersebut disampaikan oleh Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Seoul pada hari Jumat setelah diskusi dengan IEA.
Turut membebani pergerakan harga minyak lebih lanjut, Kementerian Perminyakan India pada Kamis malam mengatakan bahwa India sedang mempertimbangkan untuk ikut serta dalam inisiatif perilisan minyak secara terkoordinasi yang saat ini dilakukan oleh IEA. India merupakan rekanan IEA yang pada November lalu merilis 5 juta barel dari cadangan minyak darurat untuk intervensi pasar – bersama dengan konsumen minyak utama seperti China, Jepang dan Korea Selatan – saat harga minyak menembus US$80 per barel.
Sementara itu, fokus pasar juga tertuju pada keputusan dari Uni Eropa (UE) terkait dengan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia yang menargetkan pada sektor minyak. Pada hari Kamis, UE telah menyepakati untuk mengembargo batubara Rusia yang akan berlaku penuh mulai pertengahan Agustus, lebih lambat sebulan dari yang direncanakan semula.
Melihat dari sudut pandang teknis, Girta Yoga melihat harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $105 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$90 per barel.