Masih Fokus Penanganan Korban, IMIP Belum Bisa Pastikan Waktu Pengoperasian Kembali Smelter Milik PT ITSS
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menyebut masih terus fokus melakukan penanganan korban kecelakaan kerja di smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang berada di Kawasan Industri IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah.
Kepala Media Relations PT IMIP, Dedy Kurniawan mengatakan pihaknya masih fokus terhadap penanganan karyawan yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Selain itu, IMIP juga telah membentuk tim gabungan yang dipimpin Polda Sulawesi Tengan untuk melakukan investigasi terhadap peristiwa tersebut.
“Kami juga membentuk tim gabungan lintas departemen dan perusahaan utk membantu penanganan korban baik secara fisik maupun psikis,” kata Dedy saat dihubungi Theiconomics.com pada Rabu (27/12/2023).
Dedy mengatakan IMIP juga telah melakukan koordinasi dengan tim investigasi yang terdiri dari tim pengawas Kementerian Ketenagakerjaan, tim dokter klinik IMIP, tim dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi. Adapun tim tersebut dipimpin langsung oleh Polda Sulawesi Tengah.
“Koordinasi kami berjalan baik,” ujar Dedy.
Mengenai operasional smelter yang dihentikan, Dedy menyebutkan bahwa pabrik akan kembali beroperasi setelah seluruh proses investigasi dan perbaikan dilakukan. Meski demikian, Dedy belum bisa mengungkapkan waktu persis dimulainya kembali operasional smelter tersebut.
”Sampai proses investigasi selesai. Setelahnya akan dilakukan perbaikan pabrik dan lalu dioperasikan kembali,” ucap Dedy.
Sebelumnya, kecelakaan kerja telah merenggut nyawa para pekerja di salah satu pabrik pengolahan nikel milik PT ITSS yang berada di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah pada 24 Desember 2023.
Dalam keterangan resminya, Manajemen IMIP menyampaikan kronologis kecelakaan tersebut. Kecelakaan kerja terjadi pada Minggu, 24 Desember 2023 sekitar pukul 05.30 WITA. Musibah bermula dari kecelakaan yang dialami sejumlah pekerja saat melakukan perbaikan tungku dan pemasangan plat pada bagian tungku.
Kemudian, tungku smelter No. 41 yang terbakar, awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan rutin. Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat sisa slag atau terak besi dalam dinding tungku yang runtuh dan mengalir keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi sehingga mengakibatkan kebakaran.