Naik 12,7%, BCA Bukukan Laba Bersih Rp54,8 Triliun pada 2024

0
25

PT Bank Central Asia Tbk atau BCA dan entitas anak membukukan laba bersih sebesar 54,8 triliun sepanjang 2024, tumbuh 12,7% dibanding tahun 2023 (year on year/yoy).

Perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 9,5% yoy menjadi Rp82,3 triliun. Pendapatan selain bunga naik 10,2% yoy menjadi Rp25,2 triliun. Sehingga total pendapatan operasional sebesar Rp107,4 triliun atau naik 9,7% yoy.

Sepanjang 2024, penyaluran kredit BCA tumbuh 13,8% yoy menjadi Rp922 triliun.

Penyaluran kredit ditopang kredit korporasi yang tumbuh 15,7% yoy mencapai Rp426,8 triliun, didorong oleh berbagai sektor. 

Kredit komersial naik 8,9% yoy mencapai Rp137,9 triliun dan kredit UKM tumbuh 14,8% yoy mencapai Rp123,8  triliun.

Total portofolio kredit konsumer naik 12,4% yoy menjadi Rp223,7 triliun ditopang Kredit Kendaraaan Bermotor [KKB] yang meningkat 14,8% yoy menjadi Rp65,3 triliun dan Kredit Pemilikan Rumah [KPR] sebesar 11,2% yoy menjadi Rp135,5 triliun. Outstanding kartu kredit tumbuh 12,8% yoy menjadi Rp22,9 triliun.

Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan tumbuh 12,5% yoy menjadi Rp229 triliun per Desember 2024 dan berkontribusi hingga 24,8% terhadap total portofolio pembiayaan.

Capaian ini salah satunya ditopang kredit kendaraan bermotor listrik yang naik 84,2% yoy menjadi Rp2,3 triliun.

BCA juga menyalurkan pinjaman terkait keberlanjutan mencapai Rp1 triliun, naik 3 kali lipat secara tahunan.

Baca Juga :   BCA Gandeng BPR Karya Perdana Sejahtera untuk Channeling KUR Peternak Sapi

Pertumbuhan kredit ini dibarengi dengan kualitas yang terjaga. Rasio Non Performing Loan [NPL] berada di angka 1,8%.

Di sisi pendanaan, giro dan tabungan atau CASA berkontribusi sekitar 82% dari total Dana Pihak Ketiga [DPK], tumbuh 4,4% menjadi Rp924 triliun.

Sepanjang 2024, total frekuensi transaksi BCA menyentuh rekor tertinggi, naik 21% yoy mencapai 36 miliar. Khusus untuk mobile banking dan internet banking, frekuensi transaksi mencapai 31,6 miliar, tumbuh 24% yoy.  Jumlah rekening nasabah BCA per Desember 2024 mencapai lebih dari 41 juta rekening, tumbuh 2 kali lipat dalam lima tahun terakhir.

Menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan saat ini likuiditas BCA berlimpah dengan Loan to Deposit Ratio [LDR] BCA di level 78%.  Modal juga kokoh yang terlihat dari  Capital Adequacy Ratio [CAR] di level 29% serta kualitas kredit yang baik dengan NPL 1,8%.

Kondisi ini memberi ruang bagi BCA untuk ekspansi kredit pada 2025, selama permintaan ada.

“Jadi, enggak ada alasan kita tidak mau growth kita punya kredit. Asal ada opportunity. Asal ada kesempatan growth untuk kredit,” ujarnya. 

Apakah permintaan itu sebaik 2024? Jahja mengatakan, tahun lalu, segmen kredit korporasi bisa tumbuh 15,7%, terutama ditopang oleh hilirisasi pertambangan dan juga perkebunan kelapa sawit [Crude Palam Oil].

Baca Juga :   Jadwal Operasional Kantor Cabang BCA Selama Periode Libur Nataru 2025

Tantangannya, saat ini sektor pertambangan mengalami kelebihan pasokan yang dapat memicu koreksi harga komoditas tambang.

“Jadi, untuk tahun ini kita harapkan paling nggak [kredit korporasi] bisa [tumbuh] 7-8% minimal. Ke depan kalau memang ada permintaan tambahan dari kredit hilirisasi tadi, dari CPO dan bidang-bidang bisnis lainnya, tentu kita akan wellcome,” ujarnya.

Bagaimana dengan kredit konsumer, seperti KPR, KKB, kartu kredit termausk juga paylater?

Ia mengatakan, kredit konsumer ini sensitif terhadap tingkat suku bunga.

“Artinya, kalau bunga kredit itu bisa turun, rendah, demand-nya akan tinggi. Tetapi ada persyaratan juga. Demand-nya akan tinggi kalau ada buying power. Artinya, kalau ada duit lebih,” ujarnya.

Soalnya di daya beli. Jahja mengatakan, pada 2020 hingga 2022, daya beli masyarakat terbantu oleh program bansos pemerintah, serta program bakar duit dari e-commerce sehingga harga barang lebih murah.

Sekarang tak ada lagi jorjoran bansos. E-commerce juga sudah mengurangi promosi mereka. Daya beli pun melemah yang terefleksi dari penurunan penjualan nasabah BCA, baik segmen UMKM maupun komersial.

“Maka kita tahun ini harus lebih hati-hati dalam menentukan pricing  kredit konsumer ini. Artinya, kita memang coba untuk sangat kompetitif,” ujar Jahja.

BI Rate Turun, Apakah Suku Bunga Perbankan akan Turun?

Baca Juga :   Tahun Ini BCA Targetkan Pertumbuhan Kredit 4% Hingga 6%

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Januari 2025 ini menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 basis poin. Penurunan ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2025 ini. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi melemah pada tahun ini, akibat penurunan konsumsi, investasi dan ekspor.

Masalahnya, tidak serta merta penurunan BI Rate ini mendorong penurunan suku bunga perbankan, baik deposito maupun kredit.

Jahja mengatakan, perbankan tak semata melihat BI Rate sebagai acuan. Tetapi, juga imbal hasil Surat Berharga Negara [SBN].

“Artinya, kalau ada penurunan BI Rate, bank akan melihat juga SBN bunganya atau kuponnya berapa? Karena apa? Ini kan ada opsi dari nasabah, apakah mau taruh duit di bank atau mereka beli government paper,” ujar Jahja.

Karena itu, Jahja mengatakan, perbankan tidak serta merta menurunkan suku bunga deposito berjangka setelah BI Rate diturunkan.

“Apalagi, bank-bank yang memang membutuhkan likuiditas. Pasti nggak akan berani menurunkan term deposit-nya. Karena risikonya, nasabahnya akan pindah ke government bond atau tempat lain,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics