Pasca-Covid-19, PHRI Nilai Usaha Makanan Home Industry Jadi Kompetitor Restoran
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menilai selepas wabah virus corona, pemulihan ekonomi terutama di sektor restoran akan terjadi secara bertahap. Bahkan karena wabah virus corona ini memunculkan pebisnis makanan secara home industry yang tentu saja akan mempengaruhi bisnis restoran.
Penasihat PHRI Sudrajat mengatakan, bisnis pembuatan makanan rumah tangga itu bertumbuh cukup tinggi. Kemungkinan, usaha ini akan terus berlanjut meski wabah virus corona telah berlalu dan akan menggerogoti pasar bisnis restoran.
“Sekarang malah kompetitornya tumbuh, banyak rumah tangga yang menjual makanan atau sayur-mayur melalui home to home delivery lewat WhatsApp. Home industry di mana-mana saat ini sedang tumbuh,” kata Sudrajat saat dihubungi di Jakarta, Selasa (5/5).
Kondisi saat ini, kata Sudrajat, memberi banyak pelajaran bagi para pebisnis restoran untuk ke depan. Termasuk pelajaran bahwa jumlah pebisnis restoran yang akan membuka cabang di pusat perbelanjaan atau mal akan menurun.
“Mungkin terjadi pergeseran pebisnis yang akan menurunkan keinginannya untuk membuka restoran di mal karena sewanya cukup tinggi. Apalagi nanti berdasarkan pengalaman ini, ada mal-mal yang tidak mau membebaskan biaya sewa saat kondisi seperti ini,” ujarnya.
Sudrajat tak menampik beberapa beberapa pengelola mal telah membebaskan biaya sewa bagi tenant-nya selama kondisi pandemi berlangsung. Tapi, ada beberapa mal juga masih menagih biaya sewa yang tentu saja membebani pengusaha restoran karena biaya sewa di mal tergolong cukup mahal.
Karena itu, kata Sudrajat, bisnis restoran yang akan mengalami recovery yang relatif cepat yaitu restoran berjenis standalone atau tidak berada di kawasan mal karena biaya sewa yang ditanggung restoran tersebut lebih rendah ketimbang restoran yang berada di daerah mal.
Untuk menjaga keberlangsungan restoran, Sudrajat menilai, para pebisnis restoran akan meningkatkan layanan pemesanan melalui delivery. Apalagi pada kondisi saat ini di mana pemerintah masih memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), restoran tidak diperbolehkan untuk melayani pelanggan dine-in, namun hanya melalui take away atau delivery.
Langkah berikutnya yang dapat dilakukan pebisnis tentunya mengefisiensikan operasional restoran sehingga mengurangi biaya. Sudrajat juga menduga banyak restoran akan mengurangi pegawainya karena waktu recovery yang cukup lama.