Pemerintah Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 Setelah Liburan Natal dan Tahun Baru

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan
Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai menyiapkan langkah antisipatif untuk mencegah terjadi lonjakan kasus Covid-19 setelah liburan natal dan tahun baru nanti.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan peningkatan kasus Covid-19 sering terjadi setelah adanya acara keagamaan dan libur panjang. Karena itu, Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas (ratas) terkait penanganan Covid-19, Senin (11/10), berpesan agar segera menentukan strategi menyiapkan natal dan tahun baru.
“Untuk mengantisipasi natal dan tahun baru, tingkat vaksinasi lansia perlu terus dikejar, terutama untuk wilayah-wilayah aglomerasi dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sehingga jika terjadi gelombang berikutnya maka angka kematian dan perawatan rumah sakit dapat ditekan,” ujar Luhut dalam konferensi pers usai ratas, Senin (11/10).
Luhut mengatakan Presiden Joko Widodo juga mengingatkan para menteri agar tidak terjadi lepas kendali di tengah tren penurunan kasus saat ini. Pertahankan kasus serendah mungkin dalam waktu yang lama dan harus secara konsisten.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada kesempatan yang sama menyampaikan salah satu alasan penurunan kasus yang signifikan di Indonesia saat ini adalah karena banyak orang Indonesia yang sudah memiliki kekebalan baik secara buatan melalui vaksin, maupun secara alamiah karena sembuh dari sakit.
Karena itu, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri sudah menyiapkan Zero Prevalensi Survei untuk 21.880 sampel di 34 provinsi dan 100 kabupaten/kota. Hasil survei ini diharapkan selesai pada pertengahan Desember sehingga bisa memberikan gambaran yang lengkap mengenai kondisi kekebalan atau kondisi antibodi masyarkat Indonesia dan menjadi basis pengambilan kebijakan ke depannya.
Rencananya Zero Prevalensi Survei atau survei antibodi ini akan dilakukan setiap enam bulan. Survei ini juga dilakukan bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan WHO sehingga bisa dibagikan ke dunia dan menunjukkan kesiapan Indonesia dalam mengantisipasi penanganan pandemi dan transisinya menjadi endemi.
Terkait perkembangan vaksinasi, Budi mengatakan saat ini sudah 160 juta suntikan diberikan. Lebih dari 100 juta masyarakat yang mendapatkan suntikan pertama dan lebih dari 50 juta masyarakat yang mendapatkan dua dosis lengkap.
“Ini memposisikan kita di posisi kelima dari seluruh negara di dunia yang sudah mendapatkan akses ke vaksinasi dari jumlah manusianya dan lima negara ini adalah lima negara di dunia yang sudah melebihi 100 juta orang warganya disuntik,” ujar Budi.
Laju vaksinasi harian saat ini, tambah Budi juga sudah menembus 2 juta suntikan per hari yaitu pada 23 dan 25 September yang lalu. Diharapkan ke depannya lebih sering lagi menembus angka 2 juta suntikan per hari.
Hingga saat ini, jumlah vaksin yang sudah diterima pemerintah ada 226 juta dosis. Sebanyak 205 juta dosis sudah didistribusikan ke daerah dan dalam perjalanan 5 juta dosis serta yang sudah disuntikan 160 juta dosis.
“Dalam waktu dua sampai tiga hari ke depan masih ada stok 50 juta dosis di 34 provinsi yang seharusnya cukup untuk kita kejar suntikannya,”ujar Budi.