Perbankan Makin Minati Transaksi Komoditas Syariah di ICDX

Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama ICDX
Transaksi komoditas berbasis syariah di Indonesia makin diminati kalangan perbankan, tercermin dari transaksi berbasis syariah di Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI).
Lembaga itu melaporkan, nilai transaksi komoditas berbasis syariah sepanjang 2024 mencapai Rp2,01 triliun.
Jumlah transaksi tahun 2024 ini mengalami pertumbuhan 66% dibandingkan tahun 2023 dengan total transaksi mencapai Rp1,2 triliun.
Dari total nilai transaksi komoditas berbasis syariah sepanjang 2024, transaksi Subrogasi Syariah baik pembelian piutang maupun penjualan piutang mendominasi, yaitu Rp1,63 triliun, atau sebesar 81,1% dari total transaksi.
Sebanyak 18,9% lainnya adalah transaksi Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA) senilai Rp380 miliar.
Beberapa bank yang telah memanfaatkan skema transaksi ini adalah Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Jabar Banten Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia, Unit Usaha Syariah PT Bank Permata Tbk dan Unit Usaha Syariah PT Bank Maybank Indonesia Tbk.
“Peningkatan transaksi ini merupakan bukti makin meningkatnya minat industri perbankan untuk memanfaatkan transaksi ini. Selain itu, adanya peningkatan nilai transaksi ini mencerminkan respon pasar terhadap produk komoditi syariah di Indonesia,” kata Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), Fajar Wibhiyadi dalam keterangan yang dikutip Theiconomics.com, Rabu (8/1).
Fajar berkata, sejak transaksi perdana di tahun 2022 hingga akhir 2024, akumulasi transaksi komoditas berbasis syariah mencapai Rp 4 triliu.
Pada 2025 ini, kata Fajar, ICDX terus melakukan literasi serta edukasi kepada masyarakat, khususnya di sektor perbankan untuk memperkuat transaksi syariah ini.
“Harapan kami, transaksi komoditi syariah ini kedepan akan terus tumbuh, hal ini melihat terus berkembangnya ekonomi syariah baik dalam lingkup nasional maupun global,” ujarnya.
“Kami optimis, tahun 2025 nilai transaksi mampu menembus Rp 4 triliun.”
Yoyok Prasetyo, pengamat ekonomi syariah dari Universitas Islam Nusantara Bandung mengatakan pertumbuhan transaksi komoditi syariah ini menjadi kabar baik untuk perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Ia berkata, sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, sudah selayaknya ekonomi syariah di Indonesia menjadi kiblat ekonomi syariah global.
“Untuk itu, perlu kesadaran dan upaya semua pelaku ekonomi dalam hal ini termasuk kalangan industri perbankan untuk terus melakukan inovasi terkait pemanfaatan transaksi syariah ini,” ujarnya.
Leave a reply
