PHRI: PPKM Darurat Bikin Posisi Sektor Pariwisata Sudah Sangat Berat

0
481

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) merupakan sektor yang paling terdampak atas pembatasan sosial secara ketat karena pandemi Covid-19. Sayangnya kebijakan pemerintah untuk menangani penyebaran Covid-19 dinilai tidak pernah tuntas dan masih bergelut mencegah penyebaran Covid-19.

“Kami di sektor pariwisata posisinya sudah benar-benar berat sekali dan kita selalu yang jadi korban terutama para pengelola mal. Soalnya setiap kasus harian Covid-19 meningkat mal langsung ditutup padahal ada juga restoran yang menjadi anggota PHRI di sana,” kata Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani dalam Investor Daily Summit 2021 bertajuk Memacu Pariwisata, Membangun Ekonomi Daerah, Kamis (15/7).

Karena pembatasan tersebut, kata Hariyadi, tingkat keterisian kamar hotel pun mengalami penurunan. Di Bali, misalnya, pada April 2021 sudah naik mencapai 32,2% dibandingan periode yang sama tahun lalu hanya 10,09%.

Kondisi tersebut, kata Hariyadi, mulai menunjukkan ada peningkatan. Tetapi, karena kasus harian Covid-19 kembali meningkat, maka dipastikan akan kembali turun. Itu sebabnya, pada Mei 2021 tingkat keterisian kamar hotel sekitar 10,35%. Dibandingkan kota-kota besar lainnya seperti DKI Jakarta jauh lebih baik ketimbang Bali.

Baca Juga :   OJK: Pendanaan UMKM Lewat Penawaran Umum Diharapkan Terus Berkembang

“Kalau di Jakarta posisi April 2020 sekitar 19,84%. Sementara pada April 2021 meningkat menjadi 46%. Jadi sudah ada peningkatan sebenarnya. Dan kembali turun sedikit pada Mei 2021 jadi 45%,” kata Hariyadi.

Pariwisata itu, kata Hariyadi, pasti berbicara tentang pergerakan manusia yang menginginkan pengalaman baru dengan segala sensasinya. Tanpa pergerakan manusia, maka tidak ada permintaan bagi usaha pariwisata. Itu sebabnya, kebijakan pembatasan yang dilakukan karena tingginya kasus harian Covid-19 pasti membuat semua permintaan menurun.

Pemerintah Indonesia, kata Hariyadi, perlu mempelajari apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) yang tidak menerapkan lockdown untuk menangani penyebaran Covid-19. Apalagi populasi AS sekitar 339 juta jiwa hampir sama dengan populasi di Indonesia. Tetapi, dalam menangani Covid-19 terutama setelah Presiden Joe Biden dalam waktu 6 bulan, kasus harian Covid-19 di negara tersebut menurun tajam. Dan pada 4 Juli 2021, AS menyatakan “merdeka” dari Covid-19.

“Mereka fokus menjalankan vaksinasi sehingga mampu mencapai 70% dri populasi. Sementara kondisi Indonesia saat ini baru mencapai 7,5% dari 208 juta jiwa yang mau divaksin. Masih sangat jauh. Inilah yang membuat kami di sektor pariwisata sangat prihatin,” kata Hariyadi.

Baca Juga :   Motor Listrik Alva Ekspansi ke Bali

 

Leave a reply

Iconomics