Presiden Lempar Wacana Stop Ekspor CPO, GAPKI Sebut Mayoritas Ekspor Sudah Dalam Bentuk Olahan

1
785

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebut sebagian besar ekspor produk sawit Indonesia tidak lagi dalam bentuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), tetapi sudah dalam bentuk olahan.

Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI mengakui bahwa memang dari total produksi minyak sawit Indonesia sekitar 70% terserap oleh pasar ekspor.

Tahun 2020 misalnya dari 47,03 juta ton produksi sawit Indonesia, sebanyak 34 juta ton atau sekitar 72% diekspor. Demikian juga pada periode Januari-Agustus 2021, dari 31,67 juta ton produksi sawit Indonesia, jumlah yang diekspor mencapai 22,79 juta ton atau sekitar 74%.

Pemerintah Indonesia sendiri, menurut Tofan sudah melakukan upaya untuk menyeimbangkan daya serap produk sawit antara pasar domestik dengan pasar ekspor ini. Salah satu diantaranya melalui kebijakan mandatori biodiesel yang saat ini sudah mencapai campuran 30% (B30).

Sebelumnya Presiden Joko Widodo melontarkan wacana untuk menyetop ekspor CPO.  Walaupun Presiden tidak menyebutkan kapan hal itu akan dilakukan, tetapi kebijakan tersebut merupakan bagian dari hilirisasi sumber daya alam Indonesia agar memberikan nilai tambah yang lebih bagi perekonomian.

Baca Juga :   Gapki Kirim 13 Ton Minyak Goreng untuk Masyarakat Terdampak Gempa di Cianjur

Meski mengaku tidak dalam posisi menanggapi secara langsung pernyataan yang disampaikan Presiden Joko Widodo itu, tetapi Tofan mengatakan sebagian besar produk sawit yang diekspor Indonesia tidak lagi dalam bentuk minyak sawit mentah atau CPO, tetapi sudah dalam bentuk olahan satu tingkat di bawah CPO.

“Kalau boleh saya menyampaikan atau menanggapi apa yang disampaikan oleh Presiden, saat ini sebetulnya kalau kita melihat data lebih detil, dari komposisi ekspor minyak sawit kita, ekspor dalam bentuk mentah atau crude palm oil itu sudah sangat kecil, karena sebagian besar atau 61% dari total ekspor kita, misalnya saya ambil contoh ekspor tahun 2020 yang 34 juta ton itu, ekspor CPO-nya hanya 7,17 juta ton,” ujar Tofan dalam program Market Review di IDX Channel, Jumat (15/10).

Tahun 2020, tambah Tofan, dari 34 juta ton ekspor produk sawit 21,1 juta ton sudah dalam bentuk turunan satu tingakt dari CPO. Kemudian, sebanyak 3,87 juta ton dalam bentuk oleokimia.

Baca Juga :   Anggota Komisi VI: Penghapusan PE Akan Naikkan Harga TBS dan Ekspor CPO

Tofan berharap GAPKI bisa beraudiensi dengan pemerintah untuk menggali lebih dalam seperti apa nanti arahan kebijakan terkait dengan pernyataan yang disampaikan oleh Presiden itu.

“Tetapi yang bisa kami sampaikan di sini adalah data-data di dalam statistik industri sawit Indonesia, sebagian besar atau 61,6% ekspor komoditas minyak sawit itu sudah dalam bentuk olahan bukan lagi dalam bentuk CPO,” ujarnya lagi.

Namun, bila pernyataan Presiden Joko Widodo itu mengandung arti bahwa pengolahan minyak sawit sampai ke produk akhir (end product), maka menurut Tofan, tentu hal tersebut konteksnya adalah pengembangan industri hilir. “Dan itu adalah playing field yang sama sekali berbeda,” ujarnya.

1 comment

Leave a reply

Iconomics