Strategi Sunarso agar BRI Tetap Tumbuh Secara Berkelanjutan

0
504

Sepanjang Januari hingga September 2022 yang lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membukukan pertumbuhan laba triple digit 106,14% Year on Year (YoY) sebesar Rp39,31 triliun.

Sebagai pemegang saham mayoritas di BRI, negara melalui Pemerintah Indonesia akan turut menikmati laba bersih ini nantinya melalui dividen. Sebagai gambaran, tahun 2021 lalu dengan laba bersih sebesar Rp32,4 triliun, kontribusi dividen BRI mencapai Rp14,05 triliun. Dengan ditambah setoran pajak sebesar Rp12,5 triliun, total kontribusi BRI kepada negara berdasarkan laba rugi tahun lalu sebesar Rp26,5 triliun.

Direktur Utama BRI, Sunarso menyebut BRI akan terus fokus menciptakan pertumbuhan berkelanjutan. Di samping itu, bank dengan jaringan terluas di Indonesia ini juga berkomitmen untuk terus menumbuhkembangkan UMKM melalui strategi go shorter, go faster, & go smaller.

“Karena kinerja sangat bagus, maka tantangannya adalah bagaimana menjaga sustainability daripada pertumbuhan yang baik ini,” ujar Sunarso dalam keterangan pers, Kamis (1/12).

Menurutnya, ada empat syarat agar bank yang merupakan Holding Ultra Mikro ini bisa tetap tumbuh secara berkelanjutan  (sustainable).

Pertama, ada kejelasan sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro. Kedua, BRI harus memiliki kecukupan modal. Saat ini perseroan memiliki kecukupan modal yang sangat baik, dimana Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI mencapai 24%.

Baca Juga :   Dirut BRI Kembali Ungkap Prospek Ekonomi dan Perbankan di 2023

Persentase tersebut sangat kuat mengingat untuk mencapai minimum requirement yang comply dengan Basel III hanya dibutuhkan 17,5%. “Sehingga bisa disimpulkan bahwa modal kita cukup untuk tumbuh beberapa tahun ke depan mungkin 3-4 tahun ke depan,” ujar Sunarso.

Ketiga, BRI harus memiliki kecukupan likuiditas. Adapun Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI baru 88,92%. Oleh sebab itu perseroan berkomitmen terus mendorong pertumbuhan kredit supaya LDR mencapai level optimal di sekitar 90%-92%.

Terakhir, adalah kualitas dari pertumbuhan itu sendiri. BRI terus berupaya kuat mengelola Non-Performing Loan (NPL) dan Cost of Credit agar terjaga dengan baik. NPL BRI hingga kuartal III/2022 sebesar 3,09% menurun dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,27%.

“Dan Cost of Credit kita sekarang sudah turun dari 3% ke level 2,88%. Saya kira ini akan bagus kalau kita turunkan kembali sehingga Cost of Credit kita menjadi sangat baik,” pungkasnya.

Leave a reply

Iconomics