Tahun 2022, Laba Bersih BRI Rp51,4 Triliun, Naik 67,15%

0
269

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp51,4 triliun, tumbuh 67,15% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya. Perolehan laba bersih BRI ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah bank plat merah ini. Aset BRI juga tumbuh 11,18% menjadi Rp1.865,64 triliun.

“Keberhasilan BRI Group dalam mencatatkan rekor laba tersebut tak lepas dari strategic responses kita yang tepat dalam menghadapi berbagai tantangan,” ujar Direktur Utama BRI, Sunarso dalam konferensi pers, Rabu (8/2).

Lebih jauh, Sunarso memaparkan tiga kunci kesukesan BRI dalam meraih pertumbuhan laba bersih yang signifikan ini. Pertama, karena keberhasilan BRI dalam melakukan berbagai program efisiensi. BRI berhasil melakukan efisiensi terutama melalui penekanan biaya dana atau cost of fund melalui perbaikan funding structure. Peningkatan dana murah atau CASA dimana CASA BRI tercatat meningkat signifikan menjadi 66,70% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 63,08%. Hal ini kemudian berdampak kepada penurunan biaya dana atau cost of fund bank dari semula 2,05% di akhir Desember 2021, menjadi hanya 1,87% di akhir tahun 2022.

Baca Juga :   BRI Rombak Jajaran Komisaris, Kartika Wirjoatmodjo Jadi Komisaris Utama

Keberhasilan efisiensi juga tercermin dari rasio BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operaional), kemudian cost effienciency ratio (CER) dan cost to income ratio (CIR), yang membaik dibandingkan periode yang sama tahun 2021. BOPO pada akhir Desember 2022 tercatat 69,10%, semakin baik dibandingkan BOPO akhir Desember 2021 yang mencapai 78,54%. Kemudian, Cost Effeincy Ratio atau CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25% di 2021 menjadi 48,16% di akhir 2022. Dan, Cost to Income Ratio (CIR), semuala 48,56% menjadi 47,38%. Artinya, BRI semakin efisien.

Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efiseinsi yang dilakuakan Perseroan. Dampaknya, BRI berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78% menjadi 2,55% di akhir Desember 2022.

Faktor kedua yang mendongkrak laba bersih BRI, jelas Sunarso, adalah pendapatan berbasis komsisi atau fee base income yang tumbuh dobel digit sebagai buah dari transformasi digital.

Pada akhir Desember 2022, BRI berhasil menghimpun pendapatan berbasis komisi/fee base income senilai Rp18,8 triliun atau tumbuh 10,16% secara tahunan, sehingga fee to income ratio mencapai 11,37%. Artinya, 11,37% dari total pendapatan BRI disumbang dari fee base income.

“Peningkatan pendapatan berbasis komisi ini tidak lepas dari digitalisasi yang dilakukan oleh Perseroan. Saat ini 99% transaksi di BRI sudah dilakukan secara digital dan sisanya hanya 1% saja yang dilakukan melalui unit kerja atau kantor BRI,” ujar Sunarso.

Baca Juga :   BRI dan Bio Farma Berkolaborasi Sediakan Fasilitas Business Card dalam Marketplace Farmasi Medbiz

Faktor ketiga pendongkrak laba bersih BRI adalah BRI terus mengoptimalkan upaya recovery sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pendapatan. Hal tersebut tercermin dari recovery rate BRI di tahun 2022 yang mencapai 59,12% sehingga pendapatan dari recovery rate BRI pada akhir 2022 meningkat sebesar 33,59%.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics