Tak Lagi Batubara, United Tractors Tbk Fokus pada Bisnis Tambang Mineral dan Energi
PT United Tractors Tbk (UT) mengubah strategi bisnisnya. Dalam lima tahun terakhir, perusahaan yang 59,5% sahamnya milik Astra ini fokus pada dua linis bisnis yaitu pertambangan mineral dan energi.
Iwan Hadiantoro, Direktur UT mengatakan, saat ini bisnis UT memang masih didominasi batubara. Sekitar 65% pendapatan dan laba UT masih bersumber dari batubara baik sebagai kontrakor maupun tambang sendiri.
“Namun, kami secara konsisten dalam lima tahun terakhir ini menyusun strategi dimana UT ke depannya akan fokus dalam dua sektor. Pertama, kita kontinyu untuk melihat peluang di mineral mining selain batubara. Kita bicara mengenai nikel, termasuk processing-nya, kita bicara mengenai gold, copper, litium dan mineral-mineral lainnya,” jelas Iwan dalam Public Expose Live 2024, Jumat (30/8).
UT, tambah Iwan, juga fokus menggarap bisnis sektor energi, terutama energi terbarkan (renewable energy).
Sebagai bagian dari strategi ini, Iwan berkata, tahun 2023 UT berinvestasi di dua perusahaan tambang nikel.
Pertama, pada September 2023, UT melalui anak usahanya yaitu PT Danusa Tambang Nusantara menyelesaikan transaksi dengan Nickel Industries Limited (NIC) atas pengambilan 857 juta saham biasa baru yang dikeluarkan NIC. Total nilai transaksi adalah sebesar AUD$942,7 juta.
Kedua, pada Desember 2023, UT melalui PT Danusa Tambang Nusantara juga resmi mengakuisisi 90% saham PT Stargate Pasific Resouces (SPR), perusahaan nikel yang beroperasi di Sulawesi.
Di sektor energi terbaruan, pada Januari 2024, UT melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN) mengambil alih 49,6 % saham baru yang dikeluarkan oleh PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) senilai US$51,9 juta .
SES adalah pemegang 25,2 % saham pada PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) yang memiliki proyek panas bumi yang telah beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas eksisting sebesar 2 x 49 MW.
Selanjutnya, pada Maret 2024, UT melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN) menyelesaikan pembelian sebesar 20,2 % saham milik Merit Power Holdings B.V dan Inpex Geothermal Ltd pada PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) senilai US$80,7 juta . Setelah transaksi ini, total kepemilikan saham UT melalui EPN secara langsung dan tidak langsung pada SERD menjadi 32,7% .
Iwan mengatakan, ke depan sektor tambang mineral dan energi terbarukan masih memiliki peluang besar. Di pertambangan mineral, Indonesia memiliki cadangan mineral yang besar.
“Kita juga melihat peluang apakah memungkinkan UT untuk investasi di luar negeri. Kita juga jajaki hal tersebut dengan fokus masih sama yaitu mineral mining,” ujarnya.
Sektor energi terbarukan, kata Iwan, meski saat ini portofolio yang dimiliki UT masih kecil, tetapi strategi ini dinilai sudah tepat, seiring dengan arah kebijakan pemerintah yang mengurangi penggunaan energi fosil.
Iwan mengatakan, dengan strategi fokus pada tambang mineral dan energi, porsi kontribusi bisnis batubara dan non batubara UT ke depan akan seimbang, masing-masing 50%.
Di sektor pertambangan batubara, saat ini UT memiliki dua anak usaha yaitu PT Asmin Bara Bronang (ABB) dan PT Suprabari Mapanindo Mineral. Konsesi tambang batubara kedua perusahaan ini berakhir pada 2040 dan 2042.
“Pada saat konsesi itu selesai, kita harapkan semua cadangan yang dimilikinya sudah kita berhasil produksi, sehingga kita tidak perlu untuk memperpanjang konsesi batubara yang kita miliki, ini sejalan dengan target pemerintan untuk net zero dimana target pemerintah di tahun 2060,” ujarnya.