Tinjau Proyek Smelter Freeport Indonesia, Presiden Jokowi Minta Pembangunan Kelar Mei 2024
Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pembangunan smelter merupakan pijakan fondasi bagi Indonesia untuk menjadi negara maju di masa mendatang. Keberadaan sejumlah pabrik smelter di Tanah Air akan menambah daya saing yang dimiliki Indonesia dan mengubah ketergantungan ekonomi dari sektor konsumsi ke sektor produksi. Hal tersebut diungkapkan Presiden saat melakukan peninjauan proyek pembangunan pabrik smelter PT Freeport Indonesia, di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Presiden juga mendorong hasil produksi dari pabrik smelter tersebut agar diintegrasikan dengan hasil komoditas tambang lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air. Mulai dari nikel yang ada di Sulawesi, bauksit yang ada di Bintan dan Kalimantan Barat, tin yang ada di Bangka Belitung, hingga copper foil yang ada di Gresik.
“Sehingga terintegrasi menjadi EV baterai, litium baterai, dan itu akan diintegrasikan lagi menjadi kendaraan listrik,” kata Presiden dalam keterangan resminya.
Presiden berharap proyek pembangunan pabrik smelter yang sudah mencapai 72% tersebut akan selesai tahun depan. Ia berharap semuanya selesai sebelum Mei 2024.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif pernah meminta kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk mempercepat proses pembangunan smelter PTFI ini agar dapat selesai sesuai target yang ditetapkan.
“Kita memang minta supaya bisa diselesaikan di bulan Mei 2024, jadi dari PT Freeport Indonesia Pak Tony ini menjadi tantangan untuk melakukan adjustment supaya bisa accelerate proyek hingga 2024 memenuhi target yang ada,” ujar Arifin.
PT Freeport Indonesia yang telah mendapatkan fasilitas penerbitan masterlist pembebasan bea masuk dan tidak dipungut Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) atas impor barang modal untuk pembangunan PT Freeport Indonesia. PT Freeport Indonesia juga telah memperoleh fasilitas tax allowance pada 26 Mei 2023 melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1/TA/KEK/PMA/2023.
Smelter yang dibangun dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun dan fasilitas Precious Metal Refinery sebesar 6.000 ton per tahun tersebut, memiliki kumulatif kemajuan pembangunan hingga Juni 2023 mencapai 74,27% dan ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2023, serta dioperasionalkan mulai tahun 2024. Menyerap tenaga kerja hingga sebanyak 15.000 orang, smelter tersebut dibangun dan telah terealisasi investasi hingga US$2,2 miliar atau sekitar Rp33 triliun.