Freeport Indonesia Berkomitmen Implementasikan ESG, Apa Saja yang Telah Dilakukan?

0
126

PT Freeport Indonesia (PTFI) melihat prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) memegang peranan sangat penting bagi keberlanjutan perusahaan pada masa kini. PTFI memiliki komitmen besar untuk mewujudkan praktik pertambangan yang baik, serta investasi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.

“PTFI telah mengimplementasikan ESG, mulai dari segi pendanaan hingga pengelolaan potensi risiko yang mungkin terjadi (mitigasi). Kami menyadari pentingnya penerapan prinsip ESG dalam praktik bisnis perusahaan dan sudah menjadi bagian yang wajib dijalankan,” kata Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas dalam keterangannya.

Ia mengatakan dari segi tata kelola atau governance, PTFI sudah cukup unggul dengan menerapkan principal of business conduct yang diturunkan dari nilai-nilai perusahaan, supply chain yang disyaratkan, anti-corruption policy, Foreign Corrupt Practices Act (FCPA), hingga human rights policy.

Dari segi sosial, Tony mengungkapkan PTFI melakukan program-program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat asli yang berasal dari tujuh suku di Mimika dengan pola kemitraan dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah dan dinas terkait, lembaga adat, yayasan, dan lain-lain.

Baca Juga :   Nusa Halmahera Minerals Genjot Jumlah Cadangan Emas

Mitra strategis perusahaan dalam program-program ini adalah Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) yang mengelola dana kemitraan Freeport untuk pengembangan masyarakat. Untuk program kesehatan, PTFI melalui YPMAK membangun dan mengelola rumah sakit yang memberikan layanan berobat gratis di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan Rumah Sakit Waa Banti (RSWB). Beberapa program kesehatan masyarakat lainnya juga dijalankan, antara lain pengendalian dan penanganan Malaria, HIV/AIDS dan TB.

“Kemudian dari segi ekonomi, PTFI juga telah dan sedang membina sekitar 200 UMKM di Papua. Semua ini menjadi usaha konkret kami bersama para mitra dalam menjalankan prinsip ESG,” katanya.

Tony menegaskan sebagai perusahaan tambang dunia, PTFI menganggap aspek sustainability memiliki nilai strategis. Ini disebabkan oleh karakteristik dari industri ini, di mana ada perubahan bentang alam dari kegiatan penambangannya, dan mengelola sumber daya tidak dapat diperbarui.

Berkaitan dengan penerapan proses pengolahan bijih dengan sustainable safe production, Tony mengatakan perusahaan mengutamakan adopsi pola pikir baru dalam kegiatan penambangan. “Dengan mengadopsi Sustainable Safe Production dan Good Mining Practice dalam praktik penambangan, maka disusun pula rencana detail tentang bagaimana penutupan tambang akan dilakukan. Saat ini PTFI telah membuat perencanaan reklamasi, perbaikan kontur tanah, dan faktor sosial, yang direncanakan hingga akhir periode kontrak pada tahun 2041,” kata Tony.

Baca Juga :   Antam Bukukan Laba Rp2,85 Triliun Hingga Kuartal III-2023

Ia juga mengungkapkan beberapa upaya PTFI dalam menjalankan bisnis secara berkelanjutan. Di antaranya, PTFI berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon di tahun 2030 sebesar 30%, per hari ini sudah 24%. Selain itu, rencana reklamasi hutan di DAS Jayapura sebesar 4000 hektar juga sedang dilakukan oleh PTFI. Ia mengatakan juga melakukan reklamasi wilayah tailing yang sudah tidak aktif lagi seluas 1.100 hektar dan saat ini sudah menjadi hutan muda.

Selain itu, PTFI juga mengatakan penanaman kembali Mangrove di daerah Muara Ajkwa dan dataran baru yang terbentuk dari sedimentasi seluas 400 hektar. Rencananya, PTFI tiap tahun akan melakukan reboisasi seluas 500 hektare dengan target 2041 mencapai 10.000 hektar.

Leave a reply

Iconomics