Riset The Iconomics Tunjukkan soal Hubungan CSR Perusahaan dan Persepsi Publik

0
26
Reporter: Rommy Yudhistira

Hasil riset The Iconomics soal tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) menunjukkan seberapa besar program yang dilaksanakan perusahaan tersebut dapat mempengaruhi persepsi publik. Kendati persepsi publik bukan satu-satunya tujuan melaksanakan CSR, tapi dengan adanya penilaian itu, perusahaan dapat lebih mengetahui sejauh mana program tersebut membawa pengaruh positif di mata publik.

Director of Brand, Research and Strategy The Iconomics Alex Mulya mengatakan, seiring berjalannya waktu terdapat pergeseran apresiasi publik terhadap perusahaan. Dulu publik cenderung menilai sesuatu dari produk yang dihasilkan, kini masyarakat turut menilai bagaimana perusahaan tersebut dapat berkontribusi bagi sosial dan lingkungan.

Meski demikian, kata Alex, untuk beberapa kategori, publik masih menilai perusahaan dari produk yang dihasilkan. Contohnya yang terdapat dalam kategori consumer good di mana konsumen cenderung membeli karena citra produk, bukan dari citra milik perusahaan.

“Artinya memang kalau dulu orang bertransaksi itu berdasarkan produk tapi lama kelamaan itu mereka mulai consider juga terhadap perusahaannya. Apakah perusahaan ini punya sustainability, atau menjalankan CSR, dan lain sebagainya,” kata Alex dalam FGD yang digelar pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara di Mall Artha Gading, Jakarta, Selasa (29/10).

Baca Juga :   Putera Sampoerna Foundation: Gunakan Dana Mandiri untuk Jalankan POP Kemendikbud

Masih merujuk riset The Iconomics, kata Alex, program CSR mampu berkontribusi sebesar 27% terhadap citra perusahaan. Melalui CSR, perusahaan mendapat keuntungan dari sisi brand awareness di mata publik.

“Artinya jika perusahaan itu diketahui melakukan perbuatan baik, maka itu berkontribusi 27% terhadap perusahaan. Jadi sesuatu yang lumayan besar juga,” kata Alex.

Sebagai informasi, kajian The Iconomics soal CSR brand equity dilakukan melalui survei daring di 10 kota besar di Indonesia secara random kepada lebih dari 10 ribu responden. Batas usia termuda responden adalah 16 tahun. Dalam kajian brand equity ini dilakukan melalui 2 aspek, yakni CSR activity awareness dan CSR image. CSR activity awareness mengukur sejauh mana publik merasa mengetahui atau pernah melihat/mendengar tentang kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan. Adapun CSR image mengukur sejauh mana publik merasa perusahaan telah bertanggung jawab secara sosial.

Leave a reply

Iconomics