Bank Indonesia Diperkirakan Belum Pangkas BI Rate dalam RDG Agustus

0
50

Bank Indonesia diperkirakan belum memangkas BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus yang berlangsung hari ini 20 Agustus hingga 21 Agustus.

Meski inflasi domestik terkendali dan nilai tukar Rupiah terus menguat, Perry Warjiyo dan kawan-kawan dinilai masih menunggu arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.

“Kita berpandangan [BI Rate] masih ditahan, karena masih melihat perkembangan Fed Fund Rate,” ujar Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro saat dihubungi Theiconomics.com, Selasa (20/8).

Ekspektasi pasar memperkirakan The Fed menurunkan Fed Fund Rate pada Federal Open Market Committee (FOMC) September.

Bila The Fed memangkas suku bunga acuannya pada September, maka menurut Asmoro, kemungkinan dalam RDG Oktober Bank Indonesia baru menurunkan BI Rate.

Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) juga memperkirakan BI masih tetap mempertahankan BI Rate dalam RDG bulan ini.

“Memang betul Rupiah saat ini sudah menguat, inflasi domestik terkendali, namun kami melihat BI masih akan menantikan pergerakan The Fed,” ujar Katarina kepada Theiconomics.com.

Menurutnya, di tengah kondisi pasar global yang dinamis, BI diperkirakan tetap pro-stabilitas, tidak terburu-buru bergerak karena berisiko terhadap volatilitas Rupiah.

Baca Juga :   Fed Fund Rate Makin Mendekati Suku Bunga Acuan Bank Indonesia

“Oleh karena itu kami menilai BI akan menantikan pergerakan The Fed,” ujar Katarina.

BI Rate berada di level 6,25% sejak RDG April 2024. Dalam RDG Juli 2024, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan inflasi domestik yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi memang memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan BI Rate.

Namun, Perry mengatakan, Bank Indonesia masih mencermati kebijakan Fed Fund Rate [FRR], serta tingkat suku bunga obligasi pemerintah Amerika Serikat dan nilai tukar Dolar Amerika Serikat.

Ekspektasi pelaku pasar memang memperkirakan FRR turun pada September. Tetapi Bank Indonesia, kata Perry,  memperkirakan FRR baru akan turun pada November, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yaitu turun pada Desember 2024.

“Kami belum berani mengatakan [penurunan FRR] akan maju ke September, meskipun pasar ada yang memperkirakan masuk September. Tetapi, kami perkirakan yang terkini, ini ada probablitas FRR turun di November,” ujar Perry.

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan inflasi domestik yang rendah, baik headline inflation maupun inflasi inti (core inflation) yang relatif rendah, harga minyak dunia yang berada di bawah US$80 per US$, ditambah nilai tukar Rupiah yang terus menguat, memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas BI Rate.

Baca Juga :   BI Rate Bertahan di 6%, Apakah Semester II Jadi Turun?

“Saya rasa seharusnya BI ada ruang untuk melakukan penurunan suku bunga pada saat ini,” ujar Myrdal dalam acara Tiger Insight di saluran Youtube Maybank Sekuritas, Selasa (20/8).

“Kita sebagai masyarakat ataupun sebagai pelaku bisnis berharap [penurunan BI Rate] tidak hanya 25 basis poin, tetapi kalau bisa signifikan sampai 50 basis poin,” tambahnya.

Penurunan suku bunga acuan ini, jelas Myrdal, dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Suku bunga yang lebih rendah mendorong pelaku usaha melakukan ekspansi dengan mengajukan kredit baru atau mengurangi biaya cicilan untuk utang eksisting.

“Begitu juga dari sisi individu. Kita berharap juga dengan suku bunga yang lebih rendah, mereka yang tadinya ingin membeli rumah atau ingin membeli mobil dengan sistem kredit, harapanya cicilan mereka menjadi lebih rendah,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics