Dampak Covid-19, Uber Tutup Kantor Pusat Asia Pasifik di Singapura
Dampak Covid-19 benar-benar memukul berbagai sektor perekonomian. Tidak ada perkecualian, semua terkena imbas wabah virus corona itu. Di sektor transportasi, misalnya, dampak Covid-19 ini juga sangat terasa termasuk sektor transportasi berbasis aplikasi.
Uber, misalnya, pada Senin (18/5) kemarin sebagaimana dikutip Channel News Asia mengumumkan akan memangkas 3.000 pekerja dan menutup 45 kantor perwakilannya termasuk di Singapura. Uber berencana memindahkan kantor pusat Asia Pasifik dari Singapura.
Dampaknya, 120 karyawan warga Singapura menjadi korban dari keputusan tersebut. Poin yang ingin disampaikan manajemen Uber, perusahaan mengalami rugi tajam selama wabah virus corona berlangsung. Ditambah dengan kebijkan berbagai negara yang meminta setiap warganya untuk beraktivitas sementara dari rumah.
CEO Uber Dara Khosrowshahi lewat surat elektronik kepada karyawannya mengatakan, bisnis perusahaan anjlok 80% selama April 2020. Karena situasi itu, perusahaan mengambil keputusan untuk menutup kantor Uber yang di Singapura dan akan memindahkan ke tempat baru di kawasan Asia Pasifik sebagai lokasi baru untuk mengoperasikan layanan Uber.
Keputusan itu tentu saja berdampak terhadap 120 karyawan Uber yang merupakan warga Singapura. Mereka akan kehilangan pekerjaan. Sementara ini, manajemen belum mau mengungkap lokasi kantor pusat baru Uber itu. Manajemen berjanji akan segera mengumumkannya bila waktunya sudah tiba.
Sebelumnya, pada Maret 2018, Uber resmi menjual bisnisnya ke Grab walau tetap mempertahankan kantor pusatnya di Singapura untuk menjalankan operasional yang melayani kawasan Asia Pasifik. Dari Singapura, Uber melayani operasional untuk 9 negara termasuk Australia, India dan Jepang.
Pengumuman Uber akan memangkas 3.000 pekerja hanya berjarak sepekan dari pengumuman pemecatan sekitar 3.700 pekerja di departemen servis dan rekrutmen. Dengan kata lain, Uber telah menghentikan seperempat karyawannya secara global.