Ketua DK OJK: Kondisi Sektor Jasa Keuangan Stabil, Tetapi Perlu Waspada
Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan sektor jasa keuangan di Indonesia dalam kondisi stabil, tetapi perlu waspada, terutama efek perang antara Rusia dan Ukriana.
Wimboh mengatakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed, terakhir sebesar 0,75 basis poin tidak boleh dianggap enteng. Kenaikan suku bunga ini, termasuk juga di sejumlah negara lainnya, dilakukan untuk menjinakan inflasi tinggi, akibat gangguan rantai pasok global, diantaranaya karena konflik Rusia dan Ukraina.
“Belum pernah dalam 24 tahun terakhir The Fed menaikkan 75 basis poin. Imbasnya pasti ada capital reversal dari emerging market, termasuk Indonesia. Ini sudah kita prediksikan semuanya. Hiper inflasi terjadi di mana-mana karena kelangkaan komoditi dan juga energi, seperti di Turki inflasinya sudah 78,6% dan Argentina 58%,” ujar Wimboh dalam sambutannya pada acara ‘Tatap Muka dengan Direktur Utama di Sektor Jasa Keuangan Terkait Penerapan Market Conduct, Kamis (7/7).
Kondisi inflasi di Indonesia, tambah Wimboh, meski ada kenaikan, tetapi tidak setinggi di beberapa negara lainnya. Per Juni lalu, tingkat inflasi Indonesia mencapai 4,35% year on year (yoy). “Ini tentunya tidak boleh kita anggap enteng, sehingga seluruh pemangku kepentingan tidak terkecuali OJK harus mendesaian kebijakan-kebijakan kita, terutama kita juga berkoordinasi sangat baik dengan Bank Indoenesia dan Kementerian Keuanagan dalam mendesain berbagai policy,” ujar Wimboh.
Akibat tekanan eksternal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah sempat mencapai level tertinggi 7.276, kembali mengalami koreksi. Per 6 Juli kemarin, IHSG berada di kisaran 6.646. “Tidak ada masalah, ini hal yang rutin. Kita harapkan dengan respons kebijakan dan komunikasi yang bagus, insyaallah akan bisa kembali normal,” ujar Wimboh.
Di sektor perbankan, jelas Wimboh, penyaluran kredit masih tumbuh positif yaitu 9,3% yoy dan 4,23% ytd. Namun, Wimboh menambahkan harus tetap waspada karena kondisi ekonomi terakhir akan memberikan sentimen negatif bagi pertumbuhan kredit.
Sektor industri keuangan non bank, tambah Wimboh, juga masih tumbuh cukup bagus. Premi asuransi tumbuh 15,12% yoy, premi asuransi jiwa mencatatkan pertumbuhan meskipun masih negatif tetapi sudah lebih kecil -4,11% yoy. Piutang pembiayaan per Mei 2022 tercatat Rp379 triliun dengan pertumbhan sebesar 4,5% yoy.
“Semua kondisi bagus, stabil, namun kita perlu waspada. Karena dampak ketidakpastian ekonomi global, dimana kita juga tidak tahu kapan konflik politik Rusia-Ukraina akan selesai, ini harus kita waspadai dan tetap kita harus stay alert mengenai hal ini,” ujarnya.