Otomasi Keniscayaan, Indonesia Bisa Melewati?

0
701

McKinsey & Company memproyeksikan akan tercipta 27 hingga 46 juta pekerjaan baru pada tahun 2030 di Indonesia. Proyeksi tersebut terbentuk karena dorongan dari peningkatan pendapatan, anggaran teknologi, pembangunan infrastruktur, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi.

Menurut laporan McKinsey & Company berjudul “Otomasi dan Masa Depan Pekerjaan di Indonesia: Pekerjaan yang Hilang, Muncul dan Berubah”, peningkatan adopsi otomatisasi dan kecerdasan buatan akan mengubah dunia pekerjaan. Semua pemangku kepentingan di Indonesia perlu meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk mewujudkan potensi tersebut.

“Perdebatan publik mengenai otomasi di Indonesia, seperti di tempat lain, sering kali terfokus pada risiko masa depan pekerjaan, tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa akan lebih banyak pekerjaan baru yang akan diciptakan dibandingkan yang hilang. Hal ini didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumen dan infrastruktur,” kata President Director PT McKinsey Indonesia Phillia Wibowo.

Ia mengatakan pihaknya fokus untuk mempersiapkan transisi keterampilan yang akan diperlukan untuk adopsi teknologi. Bila di Indonesia, fokusnya meningkatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan untuk mengajarkan keterampilan, memberikan keterampilan baru dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk era kerja yang baru.

Sumber: McKinsey Global Research

Laporan McKinsey memberikan pandangan mendalam mengenai potensi dari dampak otomasi terhadap perekonomian Indonesia. Secara keseluruhan tipe pekerjaan akan bergeser ke arah layanan dan menjauh dari pekerjaan dengan potensi otomasi yang tinggi, seperti pemrosesan data dan pekerjaan fisik yang dapat diprediksi. Sektor konstruksi, manufaktur, layanan kesehatan, akomodasi, kuliner, pendidikan dan ritel kemungkinan akan cenderung melihat peningkatan permintaan tenaga kerja selama periode ini. Pekerjaan seperti pertambangan, berkebun, kehutanan, instalasi mesin, dan pemadam kebakaran, juga akan lebih sulit untuk diotomasi.

Baca Juga :   Di Era Disrupsi Saat Ini, Investasi Teknologi adalah Prioritas Utama

Menurut laporan ini, di samping pekerjaan yang hilang dan muncul, hampir semua pekerjaan akan berubah. Secara global, McKinsey memperkirakan bahwa 60% dari semua pekerjaan, memiliki sekitar 30% aktivitas pekerjaan yang dapat diotomatisasi. Dengan kata lain, otomasi parsial pekerjaan cenderung menjadi hal yang umum, sedangkan otomasi penuh memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil. Perubahan akan mengubah banyak sifat pekerjaan. Misalnya, self-service checkout akan menggeser peran kasir ke arah membantu pelanggan secara langsung dibandingkan hanya memproses transaksi.

Dengan pergeseran yang tidak terhindarkan ke ekonomi digital, keterampilan baru akan dibutuhkan baik oleh pencari kerja yang baru pertama kali mencari kerja, mau pun pekerja yang mengalami perpindahan, dan perubahan kebutuhan tenaga kerja ini memberikan implikasi yang jelas untuk pendidikan di Indonesia. Keterampilan teknologi jelas akan lebih diminati, tetapi akan ada juga peningkatan kebutuhan atas keterampilan sosial dan emosional, serta keterampilan kognitif yang lebih tinggi seperti kreativitas dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Hal ini menjadi prioritas penting untuk ditangani oleh sistem pendidikan di Indonesia.

Baca Juga :   Pakar Marketing: 5 Langkah Masuk Pasar Milenial

McKinsey menyontohkan dampak teknologi baru sudah terlihat dalam tenaga kerja Indonesia. McKinsey memperkirakan bahwa perdagangan online dapat secara langsung atau tidak langsung mendukung hingga 26 juta pekerjaan penuh waktu di Indonesia pada tahun 2022. Selain itu, pertumbuhan perusahaan seperti Go-Jek dan Grab akan memberikan peluang kerja kepada populasi yang belum bekerja atau menggangur di Indonesia. Contoh-contoh tersebut menyoroti dinamika kewirausahaan dan kemauan untuk beradaptasi bagi masyarakat Indonesia, tetapi hal itu hanyalah permulaan. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan teknologi baru.

Indonesia akan membutuhkan strategi proaktif untuk mengadopsi otomasi dan kecerdasan buatan. Seluruh pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, lembaga akademik, organisasi non-pemerintah, dan pemimpin bisnis, harus bersiap menghadapi perubahan substansial dalam tipe-tipe pekerjaan yang ada. Perusahaan- perusahaan di Indonesia harus mulai merencanakan dan mengambil tindakan untuk beradaptasi dengan masa depan pekerjaan di bawah ekonomi digital global, dengan program pembelajaran jangka panjang bagi mereka yang pekerjaannya telah berubah dan untuk mereka yang pekerjaannya akan segera berubah, laporan tersebut menyimpulkan.

Leave a reply

Iconomics