Menaker: Perjuangan untuk Kesetaraan Gender Belum Selesai

0
762

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah mengapresiasi 2nd Indonesia Inspiring Women Awards 2022 yang digelar Theiconomics pada Jumat (11/3). Menurutnya, perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan gender harus terus dilakukan secara bersama-sama-sama. Pemberian penghargaan kepada perempuan-perempuan inspiratif ini diharapkan dapat mendorong kaum perempuan Indonesia untuk terus berkontribusi aktif dan berperan dalam pembangunan Indonesia.

Ida mengatakan melalui tema hari perempuan sedunia pada 8 Maret lalu yaitu ‘Gender equality today for a sustainable tomorrow’, dunia mengajak untuk mematahkan semua bias gender yang ada di sekitar kita, seperti di tempat kerja, komunitas, sekolah, perguruan tinggi, maupun tempat layanan publik lainnya. Dengan begitu kesetaraan terhadap perempuan dapat tercapai dan akhirnya dunia menjadi lebih beragam, adil, inklusif, dan bebas dari stereotip maupun diskriminasi.

Di Indonesia sendiri perjuangan panjang telah dimulai dari RA Kartini yang sejak tahun 1908 telah memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan khususnya di bidang pendidikan. Perjuangan panjang yang dimulai masa RA Kartini terus berlanjut dari generasi ke gernasi hingga kemudian lahirlah program pengarusutamaan gender melalui Instruksi Presiden No.9 tahun 2000 yang mengakomodir perempuan untuk memiliki peran yang lebih penting dalam pembangunan nasional.

Baca Juga :   Kemenaker Dorong Terus Perusahaan Terapkan Upah Berbasis Produktivitas

“Tentunya kita semua mengetahui bahwa perjuangan keseteraan ini masih belum selesai. Kita semuanya mengetahui bahwa ketika kita bicara gender, populasi di Indoensia laki-laki dan perempuan jumlahnya mendekati 50% berbanding 50%. Namun, jika dikaitkan dengan seluruh peranan termasuk di dunia kerja, masih banyak yang harus diperjuangkan oleh perempuan untuk menuju keseteraan,” ujar Ida dalam acara 2nd Indonesia Inspiring Women Awards 2022 yang digelar Theiconomics pada Jumat (11/3).

Stereotip gender bahkan masih menguat pada jabatan-jabatan di sektor publik termasuk di pemerintahan. “Misalnya saja jabatan menteri ketenagakerjaan. Lebih banyak dianggap ini bukan sebagai pekerjaran perempuan. Mayoritas di belahan dunia menteri yang menangani ketenagakerjaan adalah laki-laki. Tentu ini merupakan tantangan bagi saya. Kita ketahui bahwa banyak perempuan hebat yang dipercaya untuk menjadi menteri dalam kabinet ini bahkan diantara mereka lebih dari dua periode. Itu artinya, menurut saya, jika perempuan diberikan kesempatan yang sama, yakin mau memberikan kontribusi yang besar bagi negara yang kita cintai ini,” ujar Ida.

Baca Juga :   Dicecar Komisi IX DPR soal Jumlah TKA, Kemnaker Pastikan Isu Itu Tidak Benar

Ida mengatakan Kementerian Ketenagakerjaan sendiri terus berjuang untuk menghapus hambatan-hambatan yang menjadi ancaman bagi pemberdayaan perempuan khususnya di dunia kerja. Antara lain, melalui kebijakan dan regulasi yang bertujuan untuk memperbaiki situasi dunia kerja agar semakin memiliki keberpihakan kepada perempuan, mulai dari kebijakan anti diskriminasi dalam hal upah, hak dan perlakuan, perlindungan kepada hak-hak perempuan hingga dorongan untuk membuat fasilitas yang bisa mendukung kinerja perempuan misalnya fasilitas menyusui.

“Kami juga terus menjalankan program yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi perempuan melalui pelatihan vokasi di berbagai bidang. Ini sangat penting karena bagi perempuan untuk bisa berdaya dan bersaing di era digital ini pendidikan dan kompetensi adalah kunci utama,” ujar Ida.

Dalam dokumen SDGs, dunia telah menyepakati dan berkomitmen untuk menciptkan kesetaraan gender mulai dari akses pendidikan, hingga aktif di bidang ekonomi. “Dari sisi pendidikan bisa dibayangkan jika ada satu perempuan yang dididik maka berarti telah mendidik satu keluarga, karena ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dari segi ekonomi, jika perempuan bisa aktif memperoleh income, secara otomatis pasti akan memberikan dampak yang positif juga bagi keberlangsungan konsumsi dalam rumah tangganya. Bayangkan jika seluruh perempuan di Indonesia mendobrak dinding yang secara kasat mata membatasi peran laki-laki dan perempuan tersebut, pasti dampaknya akan sangat luar biasa, tidak hanya untuk diri perempuan itu sendiri tetapi untuk generasi mendatang,” ujar Ida.

Leave a reply

Iconomics