Anggota Komisi VI Nilai Kenaikan Pertamax Wajar Asal Rakyat Kecil Tetap Disubsidi
Anggota Komisi VI DPR Rudi Hartono Bangun menilai kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi jenis Pertamax (RON 92) wajar dari sisi bisnis. Pasalnya, harga minyak mentah dunia terus melambung mencapai US$ 100 per barel karena krisis geopolitik terutama perang Rusia-Ukraina.
Karena itu, kata Rudi, kebijakan ini sulit untuk dihindari. Juga sulit dipungkiri kebijakan ini tentu memberatkan. Tidak hanya itu, minyak nabati pun menjadi langka karena perang Rusia-Ukraina itu.
“Kemudian kelangkaan sekarang juga sunflower karena tidak bisa impor atau ekspor dari Ukraina. Dan juga sanksi (ke Rusia) itu membuat masalah dunia, ya membuat memang harus dilakukan (menaikkan harga BBM),” kata Rudi dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
Menurut Rudi, kenaikan harga BBM jenis Pertamax harus dilakukan juga untuk menjamin kesehatan keuangan PT Pertamina (Persero) dalam menjalankan penugasan pemerintah. Meski demikian, jatah subsidi rakyat kecil harus tetap dilakukan, jangan dihilangkan sebab kenaikan itu akan berdampak terhadap lonjakan harga kebutuhan pokok.
“Pemerintah juga perlu untuk menjaga kestabilan harga komoditas pangan tertutama kebutuhan pokok untuk masyarakat. Soalnya, yang sudah-sudah jika BBM naik harga kebutuhan pokok pasti ikut melonjak. Kalau tak bisa dijaga kasihan rakyat kecil yang makin tercekik,” kata Rudi.
Sebelumnya, pemerintah resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax mulai 1 April 2022. Harga BBM dengan RON 92 itu naik dari sekitar Rp 9.000-Rp 9.400 per liter jadi Rp 12.500-13.000 per liter di 34 provinsi di Indonesia.
Sementara itu, untuk BBM subsidi seperti Pertalite tidak mengalami perubahan harga atau ditetapkan stabil di harga Rp 7.650 per liter. Adapun porsi konsumsi BBM subsidi mencapai 83%, sedangkan porsi konsumsi Pertamax hanya 14%.
Di samping itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan sinyal kenaikan harga BBM jenis Pertalite hingga gas LPG 3 kilogram secara bertahap.