Isu Pemberdayaan Perempuan Diharapkan Jadi Pembahasan di G20 W20, Bali 2021

Tangkapan layar, Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian/Iconomics
Isu pemberdayaan perempuan dinilai harus menjadi pembahasan dalam perhelatan pertemuan G20 W20 2022 yang akan digelar di Bali pada Desember 2021. Ini penting untuk mengetahui apakah sebuah kebijakan mampu memberi manfaat, akses kontrol dan partisipasi yang berkeadilan berbasis gender.
“Salah satu instrumen untuk mengukur kesenjangan antara perempuan dan laki-laki adalah Gender Analysis Pathway (GAP). Dan dari situ pula akan ketahuan sebuah kebijakan itu berbasis gender,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Menurut Hetifah, aksesibilitas bagi kaum perempuan dalam hal pendidikan seperti science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) juga penting. Apalagi angka partisipasi perempuan di tingkat perguruan tinggi jumlahnya setara dengan laki-laki walau untuk jurusan teknik masih sedikit.
“Selain itu, hanya 17% perempuan yang tersertifikasi insinyur. Hal ini disebabkan mindset bahwa STEM adalah dunia maskulin. Tentu perspektif ini harus diubah dalam acara G20 W20 2022,” ujar Hetifah.
Hetifah juga menyinggung pentingnya pelayanan psikologi bagi perempuan terutama di masa pandemi Covid-19. Apalagi pandemi dinilai membawa pengaruh terhadap kaum perempuan dari sisi psikologi.
“Oleh karena itu, saya mendorong agar pelayanan psikologis dan mental kepada perempuan dan anak-anak ditingkatkan. Harus mudah diakses dan harganya terjangkau,” kata Hetifah.
Sebelumnya, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menyelenggarakan kampanye digital yang diselenggarakan sejak September hingga Desember 2021 untuk menyambut penyelenggaraan G20 W20 2022 di Bali pada Desember mendatang. Dalam acara tersebut dibahas 4 isu prioritas gender yang meliputi inklusi ekonomi untuk pemberdayaan perempuan, diskriminasi dan kesetaraan perempuan, peningkatan perempuan pedesaan dan penyandang disabilitas, dan peningkatan pelayan kesehatan ibu dan anak.