Peneliti CSIS: Siapapun Presiden di 2024, Programnya Terikat dengan Pemerintah Saat Ini
Centre for Strategic & International Studies (CSIS) menilai siapapun kelak terpilih menjadi presiden di 2024, maka tidak akan terlepas dari program pemerintah Joko Widodo saat ini. Pasalnya, program yang kelak dijalankan presiden terpilih tidak akan terlepas dari tantangan global saat ini.
Karena itu, kata peneliti senior CSIS Philips J. Vermonte, berbagai masalah internasional yang dihadapi pemerintah saat ini, diperkirakan akan dialami pemerintahan berikutnya. Dan, posisi Indonesia tidak bisa ikut di salah satu pihak.
“Karena opportunity-nya akan loss. Karena itu siapa pun yang akan jadi presiden, pilihannya tidak banyak. Karena tantangannya sama,” kata Philips di acara HSBC Summit 2023 di Jakarta, Rabu (11/10).
Sementara itu, kata Philips, besarnya kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi membuat para capres sulit menghindari hal tersebut. Dari hasil survei berbagai lembaga, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Jokowi berada di level yang terbilang cukup tinggi.
“Approval rating-nya hampir 80%. Tidak ada pemimpin di dunia yang tingkat approval rating hampir 80%. Karena itu, ada legitimasi publik yang tinggi terhadap apa yang sudah dilakukan Pak Jokowi,” ujar Philips.
Di sisi lain, kata Philips, selain pertumbuhan ekonomi, para capres yang akan bertarung juga perlu memperhatikan kestabilan politik dan faktor lainnya. Sebab, pandemi Covid-19 membuat ruang publik menjadi mengecil, dan cenderung lebih banyak dipegang oleh negara.
Karena itu, kata Philips, seluruh calon presiden diharapkan memiliki pemahaman bahwa ruang publik harus diperbesar kembali untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap transparansi yang dilakukan pemerintah. “Ketika pandemi hanya negara yang punya resources, negara yang kasih subsidi, negara yang menyediakan vaksin, dan lain-lain, sehingga ruang publik menjadi mengecil, ini ada dampak buruknya kalau tidak dikelola,” katanya.