Tantangan Praktisi Komunikasi Perusahaan di Era Pandemi
Peran praktisi komunikasi perusahaan di era pandemi Covid-19 memiliki tantangan dalam setiap organisasi untuk membangun karakter korporasi di era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Pada era ini terdapat perubahan dari berbagai aspek yang dapat mengubah cara praktisi komunikasi perusahaan dalam meningkatkan reputasi organisasi/korporasi.
Praktisi komunikasi perusahaan perlu menyelaraskan strategi komunikasi mulai dari conduct public relations research dalam organisasi, menentukan strategi komunikasi dari hasil riset dan diimplementasikan melalui beberapa taktik yang diprogramkan dan mengkomunikasikannya kepada stakeholders sebagai bagian dari peningkatan reputasi organisasi.
Menggeluti profesi sebagai praktisi komunikasi perusahaan selama 15 tahun di perusahaan swasta maupun perusahaan BUMN, Fadhilah, wanita penulis journal international Communication of Leaders Baby Boomers in the Digital Era dan akrab disapa dengan Dhila ini memiliki kiat tersendiri agar korporasi tetap eksis di era pandemi atau dalam menghadapi VUCA.
“Di era saat ini, tantangan setiap komunikasi perusahaan selain kemampuan dalam mapping stakeholders di setiap organisasi/korporasi, diperlukan improving tactic pada communication framework yang diterapkan untuk mencapai objectives,” kata Dhila.
Lebih lanjut, lulusan S2 London school of Public Relations (LSPR) ini mengatakan skill komunikasi perusahaan dalam mapping stakeholders itu bervariasi mulai dari mengklasifikasikan stakeholders prioritas di setiap organisasi/perusahaan diantaranya setiap praktisi komunikasi di perusahaan dapat menentukan dormant stakeholders, discretionary stakeholders, dominant stakeholders, depended bahkan hingga dangerous stakeholders sesuai sektor bisnis dan visi korporasinya.
“Jika korporasi bergerak di sektor perbankan, setiap komunikasi perusahaan dalam organisasi dapat mengklasifikasikan siapa yang menjadi power stakeholders, jika berada di sektor pangan, praktisi komunikasi perusahaan juga mampu menentukan klasifikasi berdasarkan urgency stakeholders,” kata Dhila.
Menurut Dhila, dampak dari pandemi memang tidak dapat dipungkiri tantangan praktisi komunikasi perusahaan dalam mempertahankan reputasi perusahaan, Ia pun menyebut kelihaian komunikasi perusahaan dalam organisasi selain stakeholder relations adalah mempersiapkan crisis center dan crisis communication plan sebagai mitigasi risiko korporasi untuk menentukan apakah krisis komunikasi tersebut masuk dalam kategori low hazard, medium hazard, atau high hazard.
“Crisis Communication plan perlu didesain setiap komunikasi perusahaan di organisasi, mulai dari upaya prevention pada step pre crisis, how to communication to their public pada step crisis dan post crisis,” katanya.
Sepanjang pengalamannya bertugas selama 15 tahun di berbagai sektor ataupun industri sebagai praktisi komunikasi perusahaan di organisasi, ia mengakui kerap menghadapi sejumlah corporate issue hingga kepada krisis komunikasi, mulai di industri perbankan dan asuransi hingga sektor pangan. Dari pengalaman tersebut, 10 tahun diantaranya pengalamannya sebagai komunikasi perusahaan di Bumiputera Group mulai tahun Maret 2005 hingga Desember 2015, 3 tahun di Kresna Financial Group periode Desember 2015 hingga Maret 2019, Head of Corporate Communication di BUMN sektor Perikanan PT Perikanan Indonesia pada periode Maret 2019 hingga April 2021. Sejak April tahun 2021, ia bertugas sebagai AVP Komunikasi dan Relasi Korporasi di PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dengan sejumlah program strategi komunikasi menuju pengholdingan BUMN Pangan.