Potret Industri Pengolahan Selama Pandemi Covid-19

0
1259
Reporter: Petrus Dabu

Industri pengolahan mengalami kontraksi sebesar 6,19% pada triwulan kedua 2020. Namun, dari 15 subsektor di industri non migas, 4 subsektor masih tumbuh positif.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan kontraksi pada industri pengolahan terjadi karena kelesuhan pada industri batu bara dan pengilangan migas sebesar 10,31%. Industri non migas juga mengalami kontraksi sebesar 5,74%.

“Dari 15 subsektor industri non migas hanya ada 4 industri non migas yang pertumbuhannya masih positif yaitu industri makanan dan minuman, industri kertas dan barang dari kertas, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, dan industri logam dasar. Sementara 11 subsektor pada industri non migas mengalami kontraksi,” ujar Suhariyanto saat konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (5/8).

Industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 0,22%; industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh sebesar 8,65%; dan industri logam dasar tumbuh 2,76%.

Industri pengolahan merupakan penggerak utama ekonomi Indonesia dari sisi lapangan usaha. Dalam strukur PDB, kontribusi industri pengolahan pada kuartal kedua 2020 sebesar 19,87%.

Baca Juga :   Waspadai Kontraksi pada Sektor Jasa Keuangan

Subsektor pada industri pengolahan yang mengalami kontraksi yang paling dalam adalah industri alat angkutan yang turun sebesar 34,29%. “Ini terjadi karena adanya penurunan produksi mobil dan sepeda motor yang sangat tajam sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Penjualannya juga turun tajam yang menyebabkan kontraksi industri alat pengangkutan menjadi yang terdalam yaitu 34,29%,” ujar Suhariyanto.

BPS mencatat produksi mobil pada triwulan kedua 2020 sebesar 41.520 unit, turun 85,02% bila dibandingkan triwulan kedua 2019. Sedangkan penjualan mobil secara wholesale (sampai dealer) mencapai 24.042 unit, turun 89,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara penjualan sepeda motor secara wholesale pada triwulan kedua 2020 sebanyak 313.625 unit, turun 79,70% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Selain industri alat angkutan, industri yang juga mengalami kontraksi adalah industri tekstil dan pakaian jadi yang turun sebesar 14,23%, karena berkurangnya permintaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Demikian juga industri pengolahan tembakau mengalami kontraksi sebesar 10,84%.

Sepanjang triwulan kedua 2020, ekonomi Indonesia yang diukur dari PDB berdasarkan harga konstan 2010 mengalami pertumbuhan negatif 5,32% bila dibandingkan triwulan kedua 2019. Pada triwulan pertama 2020 lalu, PDB Indonesia tumbuh 2,97%.

Leave a reply

Iconomics