Hartadinata Abadi Tbk Beberkan Prospek ‘Kilau’ Emas Batangan Pasca Adanya Bank Emas

Ilsutrasi layanan penjualan emas PT Hartadinata Abadi Tbk/Foto: Dok.HRTA
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mengungkapkan keberradaan bank emas (bullion bank) akan semakin membuat bisnis emas batangan makin ‘kemilau’ di Indonesia. Permintaan logam mulia bakal tidak hanya dari segmen ritel, tetapi juga institusi keuangan.
“Dengan kehadiran bullion bank di Indonesia, tentunya kita berharap Hartadinata sendiri akan menjadi salah satu pemain kunci dalam ekosistem bullion bank di Indonesia,” kata Sandra Sunanto, Direktur Utama Hartadinata dalam paparan publik perusahaan, Kamis (12/6).
Emiten dengan kode saham HRTA ini telah bermitra dengan dua perusahaan milik negara yang sudah memperoleh izin bank emas atau bullion bank, yaitu PT Pegadaian dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk.
“Ke depannya, tugas kami adalah akan membuat Hartadinata betul-betul menjadi salah satu key player penyedia emas batangan khususnya untuk bullion bank di Indonesia,” ujar Sandra.
Pada 2025 ini, Hartadina menargetkan 80% pendapatannya bersumber dari penjualan emas batangan. Sementara 20% lainnya dari emas perhiasan.
Thendra Crisnanda, Direktur Investor Relation Hartadinata mengatakan, kerja sama bullion bank dengan Pegadaian dan BSI memberikan kontribusi 43% terhadap total pendapatan konsolidasian Perseroan, dengan total penjualan emas mencapai 2 ton.
Thendra berkata, bisnis emas di Indonesia memiliki prospek yang semakin cerah. Indonesia, jelas dia, merupakan produsen emas terbesar nomor tujuh di dunia dengan produksi emas mencapai 130 ton pada 2022.
Namun, setiap tahun Indonesia melakukan impor emas batang dengan nilai mencapai hampir US$2 miliar.
Padahal, di sisi lain, Indonesia juga melakukan ekspor barang mentah dalam bentuk dore mencapai US$5 miliar.
“Ini merupakan salah satu landasan mengapa bullion bank dibentuk untuk bisa mengurangi defisit neraca perdagangan yang disebabkan oleh aktivitas ekspor dan impor emas,” ujar Thendra.
Menurut Thendra, ke depan permintaan emas tidak hanya berasal dari segmen masyarakat atau ritel. Tetapi juga oleh institusi, termasuk bank sentral.
Menurut dia, hampir semua bank sentral di seluruh dunia saat ini terus memupuk cadangan emas. Pada 2022, hampir semua bank sentral di dunia melakukan pembelian emas melebihi 1000 ton setiap tahun.
“Ditargetkan di 2025 ini pembelian dari bank sentral ini akan berlanjut hingga mencapai 1000 ton per tahun,” ujar Thendra.
Menariknya, kata Thendra, potensi yang ada di Indonesia akan besar karena cadangan devisa Indonesia dalam bentuk emas saat ini hanya 78,6 ton.
“Harapan ke depan, di Indonesia sendiri akan terjadi peralihan pembelian emas, tidak hanya oleh pembeli akhir atau customer retail, tetapi juga oleh institusi yang akan didominasi oleh pembelian institusi perbankan,” ujarnya.
Tren pembelian emas oleh institusi ini, menurut Thendra, sudah terjadi di China. Pada awal 2025 ini, Negeri Tirai Bambu itu membuat kebijakan perusahaan-perusahaan asuransi dapat membeli atau mengalokasikan aset mereka dalam bentuk emas batangan.
“Kalau kita lihat di Indonesia sudah ada pembicaraan terkait dengan regulasi dimana emas batangan fisik bisa menjadi perhitungan dana pihak ketiga yang dimiliki perbankan. Artinya, kita lihat ke depan, potensi emas batangan yang dimiliki Hartadinata akan semakin besar,” ujarnya.
Menukil data OJK, Thendra mengatakan, pada 2024 total nilai aset keuangan institusi keuangan mencapai lebih dari Rp16.000 triliun.
“Kalau kita asumsikan hanya 1% dari total aset ini, bisa dialokasikan dalam bentuk emas batangan, artinya terdapat potensi demand baru setiap tahun sebesar Rp160 triliun. Ini merupakan salah satu potensi yang besar bagi pengembangan bisnis Hartadinata sebagai salah satu pemain utama dan juga pemain kunci di ekosistem bullion bank di Indonesia,” ujar Thendra.
Thendra berkata, ekosistem bullion bank ke depan akan menjadi motor pertumbuhan bisnis Hartadinata.
“Tidak hanya dari pemain-pemain bullion bank tetapi juga potensi ini akan berkembang kepada institusi-institusi keuangan lainnya,”ujarnya.
Leave a reply
