ICDX Beberkan Tantangan Komoditas di Kuartal I Tahun 2023
Ada beberapa faktor dari tahun 2022 yang turut memengaruhi pergerakan harga komoditas di awal tahun 2023. Kondisi global seperti isu resesi dan ekonomi Amerika Serikat juga turut memengaruhi komoditas khususnya mata uang Rupiah. Selain itu, data makro ekonomi Indonesia mencatatkan bahwa pada kuartal-III 2022 kemarin ekonomi Indonesia tumbuh 5,72%, selain itu neraca perdagangan juga turut menujukkan kinerja positif dengan pertumbuhan US$5,16 miliar, suku bunga Bank Indonesia (BI) yang naik menjadi 5,75%.
Adanya pelonggaran pembatasan Covid-19 di China menyebabkan aktivitas perjalanan meningkat drastis yang menyebabkan terdorongnya permintaan pemenuhan energi. Di tambah dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina yang masih berkepanjangan.
Research and Development ICDX Girta Yoga menjelaskan bahwa fokus pada kuartal I tahun 2023 untuk komoditas energi adalah embargo produk turunan minyak Rusia pada 5 Februari mendatang.
“OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) menargetkan harga minyak 2023 stabil di kisaran US$80-US$90 per barel, AS masih mengalami krisis stok di Cadangan Strategis Negara, rencana penerapan batas harga untuk gas Rusia pada 15 Februari mendatang, dan China melonggarkan izin impor batubara Australia,” kata Girta pada Rabu, (25/01/2023).
Topik utama yang memengaruhi pergerakan harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di kuartal I tahun 2023 adalah pembukaan wilayah China, mandat pemerintah Indonesia mengenai Biodiesel (B35), ramadhan, serta pengurangan impor minyak sawit oleh Eropa.
Untuk komoditas emas, tak hanya isu inflasi global, isu resesi menjadi pendorong naiknya harga emas. Kenaikan suku bunga The Fed yang diproyeksikan naik 75 bps, dan target suku bunga 2023 yakni 5,1% juga menyumbang pergerakan harga emas di samping dari kelanjutan konflik Rusia dan Ukraina.