Pupuk Indonesia Proyeksikan Pendapatan dan Laba Tahun Ini Menurun Akibat Pandemi

0
888
Reporter: Petrus Dabu

Aktivitas pabrik PT Pupuk Indonesia memang relatif tak mengalami gangguan berarti selama pandemi Covid-19. Tetapi dari sisi kinerja keuangan, penurunan penjualan dan pelemahan nilai tukar membuat pendapatan dan laba mengalami tekanan.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia,  Bakir Pasaman mengatakan hingga Agustus 2020, PT Pupuk Indonesia membukukan penjualan sebesar Rp48,2 triliun. “Ini memang ada kecenderungan melambat, menurun, karena harga komoditas cenderung menurun termasuk harga amoniak dan urea,” ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (1/10).

Sebagai gambaran pada 2019 lalu, total pendapatan PT Pupuk Indonesia sebesar Rp71,31 triliun.

Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan penjualan pupuk di pasar domestik. Di pasar ritel daya beli petani menurun. Karena itu, menurutnya membutuhkan jumlah pupuk subsidi yang lebih banyak. Sebab, kalau hanya berdasaran alokasi, jumlahnya terbatas sehingga petani yang tidak mempunyai Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tidak kebagian pupuk subsidi.

Pandemi Covid-19 juga menyebabkan pembatasan kegiatan distributor dan kios karena adanya Pembatasan Sosial Berskla Besar (PSBB).

Baca Juga :   Pupuk Indonesia Grup Gelar Program CSR di Desa Dieng Kulon, Banjarnegara Ciptakan Ekosistem Pertanian

Penurunan penjualan pupuk di pasar domestik juga terjadi karena permintaan pupuk dari perkebunan kelapa sawit menurun. “Sehingga penjualan kami ke kelapa sawit di pasar komersil menurun. Ini kelihatan dari penjualan NPK,” ujarnya.

Beberapa konsumen di sektor industri yang menggunakan pupuk sebagai bahan baku juga menurunkan tingkat produksi sehingga kebutuhan bahan baku menurun dan pada gilirannya menurunkan permitaan pupuk dari PT Pupuk Indonesia.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga menambah tekanan terhadap performa keuangan PT Pupuk Indonesia. Nilai tukar ini terkait dengan Harga Pokok Produksi (HPP) Perusahaan terutama terkait dengan bahan baku pupuk NPK yang masih diimpor khusunya untuk unsur Phospor dan Kalium karena belum tersedia di pasar domesitk. “Ini pembeliannya US Dollar. Pembelian gas juga kami beli dalam US Dollar yang dikoversikan ke dalam rupiah sehingga margin dari pabrik pupuk memang tergerus akibat pelemahan nilai tukar rupiah,” ujarnya.

Dus, laba PT Pupuk Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan berada di bawah tahun lalu. Tahun 2019 lalu, laba sebelum pajak sebesar Rp5,35 triliun. Hingga Agustus 2020 laba sebelum pajak mencapai Rp2,83 triliun.

Baca Juga :   Sentralisasi Fungsi Telah Ditetapkan, Pupuk Indonesia Holding Company Miliki Peran Kunci

“Laba setelah pajak pada tahun 2020 ini mungkin hanya sekitar Rp2,5 triliun hingga Rp 2,6 triliun,” ujarnya.

Hingga Agustus laba setelah pajak yang diperoleh PT Pupuk Indonesia  sebesar Rp2,1 triliun. Sementara sepanjang tahun 2019 lalu laba setelah pajak sebesar 3,71 triliun.

PT Pupuk Indonesia merupakan perusahaan holding yang menjalankan bisnis pupuk dan non pupuk. Untuk bisnis pupuk dijalankan oleh PT Petrokimia Gersik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kaltim, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.

Sedangkan bisnis non pupuk dijalankan oleh anak usaha yaitu PT Rekayasa Industri, PT Mega Eltra, PT Pupuk Indonesia Energi, PT Pupuk Indonesia Logistik dan PT Pupuk Indonesia Pangan.

Saat ini PT Pupuk Indonesia memiliki kapasitas produksi pupuk sebesar 13,78 juta ton/tahun. Rinciannya, pupuk urea sebesar 9,3 juta ton/tahun;  NPK sebesar 3,3 juta ton/tahun;  SP-36 sebesar 500 ribu ton/tahun; ZA sebesar 750 ribu ton/tahun; ZK sebesar 20 ribu ton.

Selain pupuk PT Pupuk Indonesia juga memproduksi amoniak dengan kapasitas produksi 900 ribu ton/tahun. Produk lainnya adalah asam fosfat dan asam sulfat dengan kapasitas produksi  1,6 juta ton/tahun.

Leave a reply

Iconomics