Sri Mulyani Puji Kinerja Keuangan Syariah di Masa Krisis
Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEII) yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani memuji kinerja industri keuangan syariah, terutama perbankan syariah di masa pandemi Covid-19. Di tengah krisis kesehatan ini, industri keuangan syariah masih tumbuh.
Dalam paparan acara IAEII hari ini, Sri Mulyani membeberkan kinerja pasar modal syariah, perbankan syariah hingga jasa keuangan non bank syariah.
“Yang cukup menarik dalam kondisi yang sangat menekan akibat Covid, intermediasi perbankan yang cenderung mengalami penurunan, namun kinerja perbankan syariah justru cenderung lebih stabil dan tumbuh lebih tinggi dibanding perbankan konvensional. Ini sering terjadi di saat krisis yang terjadi di tahun 2008 lalu,” kata Sri Mulyani.
Ia mengatakan apabila melihat perkembangan keuangan syariah Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memang memiliki potensi yang besar. Tentunya tidak heran karena Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim besar dan tentunya mengalami kenaikan kelas menengah yang juga memberikan dukungan pada growing demand pada pelayanan keuangan syariah. Ia juga melihat adanya stabilitas dan daya tahan keuangan syariah yang cenderung stabil dibandingkan industri keuangan konvensional di masa krisis.
Menkeu Sri Mulyani juga menyampaikan data-data pertumbuhan positif yang terjadi pada perbankan syariah. Sampai dengan September 2020, aset perbankan syariah tumbuh sebesar 10, 97% sedangkan perbankan konvensional pertumbuhannnya 7,7%. “Artinya pertumbuhan aset syariah lebih tinggi,” kata Menkeu.
Ia pun menyebut DPK yang tumbuh 11,56%, sedikit di atas kenaikan DPK perbankan konvensional yang tumbuh 11,49%. Adapun kenaikan pembiayaan atau kredit perbankan syariah tumbuh 9,42%, ini jauh lebih tinggi karena pertumbuhan kredit perbankan konvensional mengalami penurunan hanya tumbuh 0,55%. Dan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23,5% dan non-performing financing (NPF) sebesar 3,31%.
“Artinya industri atau perbankan syariah memiliki posisi yang cukup stabil dan memiliki loyalitas dari keseluruhan ekosistemnya. Kinerja perbankan syariah ini tentu perlu menjadi salah satu jembatan dan modal awal untuk terus mengembangkan sebuah ekosistem syariah dan keuangan syariah yang berkualitas baik,” kata Sri Mulyani.
Data lainnya juga disampaikan Sri Mulyani yakni perkembangan transaksi saham syariah. Ia memaparkan peningkatan transaksi saham syariah mengalami kenaikan 26% atau 633 ribu transaksi pada Januari-Juni 2020, sedangkan periode sebelumnya tahun 2019 yang hanya 501 ribu transaksi. Volume saham syariah dari Januari hingga Juni 2020 adalah 6,2 miliar saham dari 3,9 miliar saham pada periode yang sama tahun 2019. “Atau dalam hal ini mengalami kenaikan sebesar 57%,” kata Menkeu.