Tantangan Industri Perkelapasawitan Mirip dengan Isu yang Dihadapi Pertambangan dan Pertembakauan

Diskusi mengenai masa depan perkelapasawitan di Indonesia, Ketua Yayasan President University (Jababeka), Budi Susilo Soepanji ungkap tantantangannya/Dok. WE
Industri perkelapasawitan dapat memainkan perannya mendukung pertumbuhan ekonomi 8% yang ditargetkan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Namun, tantangan yang dihadapi dan akan dihadapi bisa jadi akan memperlambat laju industri ini.
Ketua Yayasan President University (Jababeka), Budi Susilo Soepanji mengungkapkan bahwa kelapa sawit merupakan industri yang sangat handal sehingga perlu dipikirkan dari segala aspek mulai dari aspek akademisi, pengusaha, rakyat, sampai politik baik dari dalam maupun luar negeri. Hal tersebut selaras dengan ambisi Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8%.
Kendati demikian dirinya tidak menampik bahwa ada tantangan dan masalah yang tidak bisa dilepaskan dari industri kelapa sawit yang membayangi para pengusaha maupun petani sawit.
“Masalah kelapa sawit tidak bisa lepas dari beberapa masalah seperti tambang maupun tembakau. Maka dari itu, para petani, pengusaha, harus bersatu untuk mengurangi isu negatif internasional yang menghambat industri kelapa sawit,” kata Budi Susilo dalam seminar Outlook Industri Sawit Indonesia: Mengupas Perspektif Pengusaha, Industri, dan Petani Sawit belum lama ini.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian RI, Putu Juli Ardika mengatakan bahwa diperlukan pembedahan isu secara multi perspektif dan multidimensional dari sektor kelapa sawit. Hal ini penting untuk arus utama kepentingan perekonomian nasional.
Menurut Putu, potensi industri sawit nasional masih terbuka lebar. Hal ini terlihat dari hilirisasi nasional yang bertumpu pada produk minyak sawit sehingga bergantung dengan pasokan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Direktur Tanaman Sawit dan Aneka Palma Kementerian Pertanian RI, Ardi Praptono menyatakan bahwa posisi petani saat ini bergantung pada keseimbangan sehingga perlu dihadapi secara komprehensif dengan kerja sama strategis antara pemerintah maupun masyarakat, khususnya petani sawit kecil.
Kerja sama strategis tersebut ditujukan untuk meningkatkan hasil dan produktivitas kelapa sawit serta memenuhi target berkelanjutan itu sendiri.
“Industri kelapa sawit Indonesia memiliki potensi besar namun tantangannya perlu ditangani secara serius. Dengan kebijakan yang tepat dan penguatan sertifikasi berkelanjutan, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi,” kata Ardi.
Menurut Ardi, pemerintah juga perlu aktif dalam diplomasi perdagangan untuk produk sawit yang ramah lingkungan maupun sosial.
Adapun strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung industri kelapa sawit berkelanjutan baik untuk pertumbuhan energi, ketahanan pangan, dan ekspor adalah salah satunya dengan menggencarkan program peremajaan sawit rakyat (PSR). Dengan catatan bahwa PSR harus dilaksanakan dengan varietas unggul yang bibitnya dan dana hibahnya difasilitasi oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
“Kedua adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan cara meningkatkan kualitas petani kelapa sawit serta membantu pelatihan untuk memastikan petani kecil agar melakukan pengelolaan yang baik,” ucap Ardi.
Strategi ketiga, melalui bantuan infrastruktur jalan, moderenisasi peralatan dan teknologi. Keempat adalah menggencarkan penelitian dan pengembangan untuk menaikkan produktivitas industri kelapa sawit.
“Dengan sinergi yang baik, Indonesia bisa menjaga posisinya sebagai pemimpin global dalam industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Mari bersama-sama melanjutkan komitmen untuk menjadikan kelapa sawit Indonesia dalam aspek produktivitas dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Leave a reply
