VIVA Group Fokus Konsolidasi FTA dan Perkuat Bisnis Digital

Jajaran komisaris dan direksi PT Visi Media Asia Tbk/Iconomics
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) dan PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) akan fokus pada konsolidasi bisnis free to air (FTA), dan menguatkan bisnis digital. Langkah tersebut sebagai upaya menjawab dan melayani perubahan pola masyarakat dalam mengkonsumsi konten, dari product centric menjadi consumer centric.
Direktur MDIA Arhya Winastu Satyagraha mengatakan, pertumbuhan penetrasi internet menjadikan media digital semakin menarik bagi pengiklan. Buktinya belanja iklan digital terus meningkat.
Karena itu, kata Arhya, VIVA Group melalui TV One, ANTV, dan One Media Digital (OMD) yang menaungi viva.co.id, tvonenews.com, dan digital arms VIVA lainnya, akan terus memperkuat bisnis digital serta menargetkan bersama bisnis penyiaran sebagai sumber pemasukan tambahan.
“Setelah merampungkan proses PKPU pada awal November lalu, struktur permodalan perseroan menjadi jauh lebih baik untuk mendukung upaya-upaya strategis pengembangan bisnis ke depan,” kata Arhya dalam public expose VIVA dan MDIA di Bakrie Tower, Jakarta, Senin (23/12).

Public Expose VIVA dan MDIA di Bakrie Tower Lantai 36, Jakarta, 23 Desember 2024
Aset digital, kata Arhya, VIVA Grup menunjukkan pertumbuhan signifikan dari sisi jumlah pageviews pada 2024. Untuk tvonenews.com mencatat lonjakan pageviews hingga 166% dengan total pageviews 1,2 miliar dari sebelumnya 458 juta pageviews. Secara rata-rata, VIVA Grup mencatat 111 juta pageviews per bulan.
Meski demikian, kata Arhya, penyiaran televisi FTA masih tetap menjadi penopang utama pendapatan perusahaan. Karena itu, perusahaan melakukan sejumlah langkah strategis dengan memutakhirkan infrastruktur penyiaran digital, dan memperkuat daya pancar siaran.
Pangsa pasar televisi dan pendapatan TV One, kata Arhya, mengalami pertumbuhan di tahun politik dengan agenda nasional Pemilu dan Pilkada Serentak 2024. Sedangkan, kinerja VIVA membukukan pendapatan iklan dengan total Rp 860,3 miliar, turun 5,09% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 906,4 miliar.
Sementara itu, lanjut Arhya, MDIA membukukan pendapatan Rp 483,5 miliar atau turun 21,4% dari sebelumnya Rp 615,4 miliar. Itu sebabnya, perusahaan mengedepankan strategi efisiensi untuk menekan beban usaha yang terbukti dari penurunan beban usaha sebesar 26,3%, dari sebelumnya Rp 1,15 triliun menjadi Rp 844 miliar.
Selanjutnya, kata Arhya, perseroan pun mencatat earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sebesar Rp 97,1 miliar. Sedangkan, MDIA menekan beban usaha 36,3% dari sebelumnya Rp 711,6 miliar menjadi Rp 453,5 miliar, dan mencatatkan EBITDA Rp 65,1 miliar.
Leave a reply
