BCA Targetkan Pertumbuhan Kredit Hingga 8% Tahun Ini
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tak menetapkan target agresif untuk pertumbuhan kredit pada tahun 2022 ini. Selain karena tahun 2021 lalu, pertumbuhan kredit sudah tinggi di atas industri, banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kredit pada tahun ini seperti faktor suku bunga.
Tahun 2021 lalu, pertumbuhan kredit BCA mencapai 8,2% yang ditopang oleh pertumbuhan di hampir semua segmen, terutama segmen korporasi dan KPR. Pertumbuhan kredit tahun lalu ini melampaui target perusahaan yaitu 4% hingga 6% dan di atas pertumbuhan industri perbankan yang berada di sekitar 5,2%.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja mengatakan target pertumbuhan kredit pada tahun 2022 terbilang konservatif. Tetapi tentu saja diharapkan realisasinya nanti bisa lebih dari target.
“Saya kira industri tahun 2021 itu naiknya sekitar 5,2%. Kita naik 8,2%. Kita sudah lebih tinggi dari industri, berarti kenaikan kedepan agak sedikit, jangan terlalu agresif, karena banyak faktor untuk perkreditan. Disamping mobilitas masyarakat yang kita harapkan back to normal dan suku bunga, likuiditas yang ada, bagaimana NPL, bagaimana LAR kita terkendali atau tidak. Banyak faktor, kalau itu semua tercapai, caterius paribus kita bisa melebihi target yang kita tentukan,” ujar Jahja pada paparan publik, Kamis (27/1).
Jahja memperkirakan pada kuartal pertama ini pertumbuhan kredit belum begitu kencang, sebagaimana siklus biasanya. Tetapi, ia optimistis untuk kuartal kedua hingga keempat permintaan kredit akan membaik dengan catatan varian Omicron Covid-19 yang sekarang merebak bisa dikendalikan dengan baik.
Jahja mengatakan dukungan pemerintah dan regulator sudah cukup baik sejak tahun lalu untuk mendukung pertumbuhan kredit terutama kredit konsumen. Kebijakan pembebasan PPN di sektor otomotif dan properti telah menolong pemulihan pertumbuhan kredit KPR dan KKB pada tahun lalu. Hanya saja, menurut Jahja, di lapangan ada hambatan yang mengurangi efektifitas kebijakan seperti kekurangan pasokan chip pada kendaraan sehingga pemesanan kendaraan mengalami keterlambatan.
Di segmen korporasi, Jahja mengatakan sektor seperti infrastruktur, perkebunan, telekomunikasi dan lainnya masih membutuhkan dukungan kredit kedepan.
“Small medium entreprise (SME) dan commercial juga saya pikir merupakan sautu prospek yang bagus. Karena kalau kita lihat sekarang teman-teman kita di komersial, SME sudah berhasil meningkatkan plafon. Namun penggunanaya belum maksimal. Kalau penggunaan ini dimaksimalkan saja pasti naiknya lumayan kencang” ujarnya.