Covid-19 Belum Berakhir, Target Investasi Tahun Ini Dipangkas Lagi Jadi Rp817,2 triliun.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kembali merevisi target realisasi investasi pada tahun 2020 ini, karena pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengatakan sebelum Covid-19 menjadi pandemi global, tahun ini pemerintah menargetkan realisasi investasi sebanyak Rp886 triliun. Kemudian setelah ada Covid-19 target tersebut direvisi. Awalnya dengan perkiraan Covid-19 akan berakhir pada Mei 2020, BKPM menurunkan proyeksi realisasi investasi menjadi Rp855 triliun.
“Namun karena bulan Juli ini belum berakhir juga, saya lihat Covid-nya juga belum ada tanda-tanda, kita turunkan menjadi Rp817,2 triliun,” ujar Bahlil saat menjadi pembicara kunci dalam acara Navigating A Brave New World yang digelar Bank DBS, Kamis (16/7).
“Kita doakan semua agar Covid segera berlalu sehingga investasi bisa jalan,” tambahnya.
Hingga triwulan pertama 2020 lalu, realisasi investasi sudah mencapai Rp210,7 triliun. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) kurang lebih sebesar Rp112 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) sebesar Rp98 triliun. Sedangkan penciptaan lapangan kerja mencapai kurang lebih 303.085 orang.
“Sudah barang tentu banyak yang bertanya kenapa PMA lebih sedikit ketimbang PMDN. Kita tahu semua, hampir semua negara FDI-nya itu turun 30-40%. Nah, kita semua punya strategi pada kuartal pertama bahwa kita harus mendorong investasi dari dalam negeri dan kita harus jemput bola,” ujar Bahlil.
Bahlil menambahkan pemerintah juga mendorong agar realisasi investasi bisa berkualitas. Salah satu indikatornya, menurut dia, adalah penyebaran investasi tidak hanya terpusat di Jawa. Saat ini, jelasnya, komposisinya sudah hampir berimbang di mana di Jawa sebesar 51,4% dan luar Jawa sebesar 48,6%.
“Enam tahun terakhir baru kali ini realisasi investasi di luar Jawa itu hampir berimbang dengan Jawa. Ini adalah sebagai bentuk bukti bahwa pembangunan infrastruktur di luar pulau Jawa yang sekarang massif dilakukan sudah mulai ada tanda-tanda positif dalam rangka pemerataan pertumbuhan investasi,” ujarnya.
Untuk mempercepat realisasi investasi, Bahlil mengatakan pembenahan di birokrasi pemerintahan juga menjadi kunci. Ia mengatakan saat dirinya menjadi kepala BKPM, ditemukan ada kurang lebih Rp708 triliun investasi yang mangkrak.
“Ternyata harus saya akui bahwa arogansi birokrasi, arogansi antara Kementerian/Lembaga itu besar sekali. Kemudian tumpang tindih aturan antara provinsi dan kabupaten/kota. Dan ketiga faktor persoalan lahan. Memang banyak sekali hantu-hantu di lapangan yang enggak bisa diselesaikan dengan regulasi,” ujarnya.
Dari Rp708 triliun investasi mangkrak tersebut, menurutnya BKPM sudah mengeksekusi sebesar Rp410 triliun atau 58%.
“Setelah kami masuk di BKPM ternyata urusan investasi ini tidak hanya cukup kita melakukan promosi. Jadi kami ubah polanya. Kalau pemerintah yang terus melakukan promosi keluar dengan tanpa melakukan perubahan ke dalam, ini nanti kirain kita selalu melakukan apa yang disebut mengarang bebas. Jadi cara promosi yang kita ubah adalah kita mengeksekusi realisasi investasi yang mangkrak kemudian mereka yang menyampaikan kepada publik di luar bahwa kita telah melakukan pembenahan ke dalam,” ujarnya.
Salah satu pembenahan yang dilakukan adalah dengan adanya Instruksi Presiden No.7 tahun 2019.
“Inpres No.7 itu salah satu diantaranya memerintahkan kepada seluruh Kementerian/Lembaga untuk mendelegasikan kewenangan perizinannya kepada BKPM. Jadi sekarang izin-izin usaha semuanya sudah di BKPM satu pintu termasuk insentif fiskal, tax holiday, tax allowance sama impor barang modal,” ujarnya.
Terkait masalah tanah, yang juga menurutnya menjadi persoalan dalam realisasi investasi, mulai tahun 2020, BKPM bekerja sama dengan BUMN atas menyiapkan lahan gratis untuk investor. “Sifatnya adalah sewa jangka panjang,” ujarnya.
[…] Tahun 2020 ini, semula target investasi adalah Rp886 triliun dan kemudian direvisi menjadi Rp817 triliun setelah adanya Covid-19. Bahlil optimis target tersebut bisa tercapai. “Realisasi di semester pertama sudah di 49% dari Rp817 triliun dan di kuartal ketiga masih sesuai dengan target,” ujarnya. […]