Erick: Kita Butuh Strategi Jangka Pendek, Menengah dan Panjang untuk Pulihkan Ekonomi

Tangkapan layar YouTube, Menteri BUMN Erick Thohir/Iconomics
Wabah Covid-19 dinilai sangat berdampak terhadap perekonomian Indonesia. hingga Kuartal III/2020, pertumbuhan masih terkontraksi sekitar -3,49% secara tahunan (yoy).
Keterpurukan ini, kata Menteri BUMN Erick Thohir, juga berdampak ke sektor tenaga kerja. Pemerintah mencatat sekitar 2,56 juta orang kehilangan pekerjaannya karena Covid-19. Dan lebih dari 1,8 juta orang mengalami penurunan pendapatan.
“Suka tidak suka, mau tidak mau, Covid-19 berpotensi meningkatkan angka kemiskinan Indonesia. Akan tetapi, kita tidak boleh menyerah. Momentum krisis ini justru bisa menjadi peluang, lompatan bagi kita mengejar ketertinggalan,” kata Erick dalam sambutannya dalam sebuah webinar, Selasa (24/11).
Menurut Erick, pandemi Covid-19 ini merupakan momentum untuk berbenah secara fundamental. Perlu bertransformasi dan menjalan strategi besar baik di bidang perekonomian, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan maupun lingkungan.
Covid-19, akan berpotensi menaikkan angka kemiskina di indonesia. Kita tidak boleh menyerah.Momemntum krisi bisa jadi peluang, lompatan bagi kita mengejar ketertinggalan. Ini saatnya membenahi diri secara fundamental. Berntaransformasi dan menjalankan strategi besar perekonomian,hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan termasuk limgkungan.
“Kita memerlukan strategi yang bersifat jangka pendek untuk bertahan, dan strategi jangka menengah untuk me-restart perekonomian dan strategi jangka panjang untuk inovasi,” kata Erick.
Keberadaan Undang Undang (UU) Cipta Kerja, kata Erick, untuk mendobrak stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. UU ini menstimulasi perekonomian saat ini dan setelah pandemi. UU ini akan membantu meningkatkan investasi pemerintah melalui pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Pemerintah dengan membentuk LPI, kata Erick, akan mempercepat pembangunan berbagai proyek strategis seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, health care dan sektor potensial seperti pariwisata dan teknologi. Dengan manajemen yang profesional, transparan dan akuntabel diharapkan pengelolaan aset-aset itu memberikan hasi loptimal untuk angsa dan negara.
“Selain itu, dalam menjalankan investasi LPI ini, manajemen akan disupervisi dari kalangan investor internasional yang merupakan perwakilan dari negara mereka,” kata Erick.