Perang Berkecamuk di Ukraina, KSSK Nilai Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Normal
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Indonesi masih normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang antara Rusia dan Ukraina. Meski masih normal, kewaspadaan terus dilakukan karena perang yang terjadi sejak 24 Februari 2022 tersebut telah menyebabkan kenaikan harga komoditas terutama energi dan pangan yang akan memicu inflasi tinggi.
KSSK yang terdiri atas Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menggelar rapat berkala kedua tahun 2022 ini pada 11 April lalu. Dari rapat berkala tersebut, keempat komponen KSSK tersebut melakukan asesmen terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional.
“Stablita sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang di Ukraina,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers, Rabu pagi, (13/4).
KSSK menilai perbaikan ekonomi global akan mengalami tekanan atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya disertai volatilitas pasar keuangan yang meningkat seiring dengan eskalasi perang antara Rusia dan Ukraina. Ekspketasi yang tadinya positif terhadap pemulihan ekonomi global buyar karena perang.
Langkah-langkah pengenaan sanksi yang dilakukan oleh negara-negara terutama Amerika, Eropa dan negara G7+ terhadap Rusia di tengah masih terjadinya gangguan rantai pasok telah menekan volume perdagangan dan prospek pertumbuhan ekonomi global. Peperangan tersebut juga telah memicu kenaikan harga komodotas global secara sangat signifikan terutama komoditas energi, pangan dan logam dan ini berdampak pada meningkatnya inflasi global.
Perang antara Rusia dan Ukraina juga menciptakan tantangan bagi normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju yang kemudian meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Kebijakan moneter negara-negara maju sebagai respons terhadap meningkatnya inflasi yang tinggi, namun di sisi lain dihadapkan pada potensi pelemahan ekonomi, telah menimbulkan aliran modal keluar (capital outflow) pada emerging market.
Halaman Berikutnya