Inggris Izinkan Huawei Garap Proyek 5G Secara Terbatas

Iconomics - Inggris menanggapi secara serius kekhawatiran Amerika Serikat (AS) soal pemberian izin secara terbatas terhadap Huawei untuk mengembangkan jaringan 5G. Kendati berisiko tinggi, pemerintah yakin masih bisa mengelola keberadaan Huawei dalam mengembangkan jaringan 5G di Inggris.
“Kami sangat yakin bahwa kami mempunyai rezim yang tepat untuk mengelolanya,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab seperti dikutip Reuters pada Senin (10/2).
Dengan keputusan ini, maka upaya AS menghambat perkembangan pasar Huawei untuk jaringan 5G gagal. Keputusan Inggris itu juga memicu kemarahan Presiden Donald Trump kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Trump bahkan dikabarkan sampai membanting telepon saking kesalnya kepada Jhonson.
Dalam pembangunan jaringan 5G di Inggris, Huawei hanya akan menggarap infrastruktur non-sensitif. Perusahaan teknologi asal Tiongkok ini hanya dilibatkan sekitar 35% untuk proyek pengembangan berisiko tinggi. Mereka dikecuaikan untuk proyek pemrosesan data dan pembangunan infrastruktur untuk lokasi penting seperti situs nuklir dan pangkalan militer.
Sebelumnya, AS telah mengkampanyekan kepada negara-negara di seluruh dunia khususnya negara sekutu agar tidak menggunakan teknologi 5G dari Huawei. AS beralasan Huawei di samping membangunan jaringan 5G, juga melakukan aksi spionase.
Meski tuduhan AS itu tidak pernah terbukti dan berkali-kali pula dibantah pendiri Huawei Ren Zhengfei, beberapa negara seperti Australia dan Selandia baru sepakat memblokir Huawei. Walau demikian, beberapa negara tetap membuka diri untuk bekerja sama dengan Huawei untuk pembangunan infrastruktur jaringan 5G.
Adapun beberapa negara yang bersedia bekerja sama degan Huawei antara lain Malaysia dan Brasil. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sama sekali tak khawatir dengan kampanye spionase AS soal Huawaei itu. Apalagi Malaysia merasa sebagai negara kecil yang sama sekali tidak akan memberi efek apapun kepada bisnis Huawei yang jauh lebih maju.