Keterbukaan, Kunci Tingkatkan Kepercayaan dan Keterikatan Karyawan ke BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menerapkan strategi keterbukaan kepada seluruh pegawai sebagai cara untuk meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan. Cara tersebut dinilai juga mampu meningkatkan keterikatan karyawan terhadap perusahaan.
Division Head of Human Capital Strategy & Policy BRI Carang Thombara mengatakan, hanya ada 2 hal yang menjadi rahasia perusahaan. Selebihnya, semuanya diupayakan menjadi terbuka. Adapun 2 yang menjadi rahasi itu meliputi soal mutasi dan persoalan gaji karyawan.
“Karena di BRI Mutasi itu matters, orang mutasi bisa sampai ke ujung. Tiba-tiba dari Jakarta ke Ternate, sama yang kedua itu gaji. Itu saja yang rahasia, yang lain tidak,” ujar Carang dalam acara “Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) Employee Engagement Summit 2023” di Graha CIMB Niaga, Sudirman, Jakarta, Rabu (20/9).
Carang mengatakan, dalam divisi human capital (HC), pihaknya menerapkan strategi berbagi atas semua kinerja yang mereka lakukan. Dengan begitu, para karyawan dapat lebih percaya dan kokoh terhadap hasil yang sudah mereka kerjakan selama ini.
“Jadi kita share dan saya mewajibkan teman-teman semua di tim saya. Setiap minggu sharing posting video di media komunikasi internal. Kami punya media internal di mana yang di-share itu hal-hal yang konseptual,” ujar Carang.
Dengan strategi tersebut, kata Carang, diharapkan hasilnya akan berdampak positif terhadap para pegawai. Ditambah lagi ada 3 hal yang dihasilkan ketika menerapkan strategi itu.
Pertama, kata Carang, dengan membagikan banyak konsep pekerjaan yang diterapkan tim, maka itu bisa meyakinkan kepercayaan pegawai bahwa HC dikelola dengan baik. Kedua, pegawai juga bisa membagikan hal-hal positif yang membawa pengaruh baik untuk perusahaan.
Karena itu, kata Carang, persoalan yang dibagikan tetap objektif dan tim HC BRI menghindari pegawai membagikan persoalan yang bersifat pribadi. “Kalau karyawan mau sharing, mau kasih masukan fokus ke intinya. Jadi bukan subjektif. Jadi kalau teman-teman mau objektif, objektif lah di situ, jangan bawa kepentingan pribadi,” ujar Carang.
Selanjutnya yang ketiga, kata Carang, dengan menerapkan sistem tersebut, maka perusahaan dapat lebih memahami apa saja yang ingin dilakukan setiap pegawai. “Tim saya sendiri tidak bisa ngeles (mencari alasan), karena ilmunya sudah dibagi semua. Itu yang saya buat seperti itu,” kata Carang.
Kendati demikian, kata Carang, pihaknya belum bisa mengukur hasil atas penerapan strategi itu. Namun, berdasarkan hasil lisan yang disampaikan para pegawai, program itu mendapatkan apresiasi yang baik.
Meski responsnya positif, kata Carang, pihaknya harus tetap membuktikan dan mengukur sejauh mana strategi yang dilakukan itu bisa efektif. “Sharing ini intinya komunikasi di mana kita memastikan atau membagikan apa yang kita tahu secara prinsip kepada seluruh anggota organisasi supaya mereka percaya bahwa kita me-manage itu dengan profesional,” tuturnya.