Pemerintah Perlu Perhatikan Industri Fashion karena Potensial dan Ciptakan Lapangan Kerja

0
109
Reporter: Kristian Ginting

Imlek

Industri tekstil dan produk tekstil terus mengalami tekanan sepanjang tahun ini. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), misalnya, mencatat puluhan pabrik tutup dan sekitar 13 ribu buruh mengalami pemutusan hubungan kerja karena lesunya pasar global dan produk tekstil dari Tiongkok yang membanjiri Indonesia.

Sebagai bagian dari ekosistem, tentu saja tantangan dan kendala yang menerpa industri tekstil berpengaruh terhadap industri fashion. Produk jadi berupa pakaian merupakan ekosistem yang tidak terlepas dari kedua sektor itu. Lantas, apa harapan para pemangku kepentingan yang bergerak di sektor tersebut?

Pendiri Italian Fashion School (IFS) Diora Agnes dan Paska Ryanti menilai, perhatian pemerintah secara khusus di sektor fashion kurang mendalam selama ini. Kehadiran pemerintah hanya muncul ketika ada acara atau kegiatan seperti pagelaran fashion week.

“Kami pelaku industri fashion khususnya di sektor hulu membutuhkan kerja sama dengan pemerintah untuk mendukung kemajuan sektor fashion dari hulu hingga hilir. Kita ketahui sektor fashion ini memiliki ketangguhan karena termasuk yang tetap tumbuh di masa pandemi Covid-19,” tutur Diora yang juga menjabat sebagai Direktur Utama IFS di Jakarta, Senin (23/9).

Baca Juga :   Memasuki Usia ke-10 Tahun, Astra Life Bertumbuh dari Sisi Bisnis

Diora menuturkan, perhatian pemerintah terhadap sektor fashion menjadi penting karena potensinya yang cukup besar dan mampu membuka lapangan pekerjaan. Untuk perkiraan secara global, pendapatan untuk industri fashion diperkirakan akan mencapai US$ 770,90 miliar pada 2024.

“Dan diperkirakan akan tetap tumbuh sekitar 8,9% hingga 2029 nanti. Sedangkan di Indonesia merujuk data Kementerian Perindustrian tumbuh rata-rata 5%-7% per tahun. Jadi, pasar industri fashion kita itu masih cukup besar dan belum dimaksimalkan,” kata Diora.

Sementara itu, co-founder IFS Paska Ryanti menambahkan, pihaknya sungguh berharap kepada pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menaruh perhatian terhadap sektor fashion. Apalagi Didit Hediprasetyo, anak dari presiden terpilih Prabowo Subianto dikenal sebagai seorang desainer yang cukup populer di industri fashion global.

“Saya pikir Pak Prabowo akan memberi perhatian terhadap sektor fashion karena Mas Didit itu kan desainer terkenal. Di IFS, guru-guru yang mengajar juga kerap mencontohkan karya-karya Mas Didit kepada anak didik kami. Industri fashion ini penting diperhatikan agar ekosistem bisnisnya dari hulu ke hilir semakin kuat dan terus tumbuh,” kata Paska.

Baca Juga :   Nusron Wahid Tolak Bursa Khusus Kripto dan Minta Pemerintah Melarangnya

Pernyataan kedua pendiri IFS tersebut sesuai dengan pidato Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno di ajang Indonesia Fashion Week 2024. Ketika itu, Sandiaga mengatakan, kontribusi fashion di Indonesia mencapai 17,6% dari total nilai tambah ekonomi kreatif kepada ekonomi Indonesia yaitu Rp 225 triliun.

Kemudian, sektor fashion mampu menciptakan jumlah lapangan kerja sekitar 17% dari total 25 juta lapangan kerja yang disumbangkan dari sektor ekonomi kreatif. Sedangkan kontribusi nilai ekspor terbesar di sektor ekonomi kreatif adalah fashion dengan total US$ 16,5 miliar pada 2022.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics