Perusahaan Austria Lenzing Group Berinvestasi Rp 2 T untuk Produksi Serat Ramah Lingkungan

0
256
Reporter: Rommy Yudhistira

Lenzing Group produsen serat khusus berbasis kayu berinvestasi senilai Rp 2 triliun untuk anak usahanya PT South Pacific Viscose (SPV) dalam rangka meningkatkan produksi serat viscose ramah lingkungan dengan merek Lenzing EcoVero. EcoVero merupakan produk transformasi dari aplikasi tekstil dan veocel viscose untuk aplikasi non-woven yang memiliki sertifikat EU Ecolabel.

“Lenzing menginvestasikan sekitar Rp 2 triliun, untuk mentransformasi SPV, sehingga dapat memproduksi EcoVero,” kata Presiden Direktur SPV Sri Aditia di Pabrik SPV Lenzing, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (21/9).

Untuk jumlah produksi, kata Adit, pihaknya menargetkan sekitar 300 ribu ton per tahun untuk produk ramah lingkungan. Beberapa negara yang akan menjadi sasaran ekspor produk EcoVero antara lain India, Pakistan, dan Bangladesh.

Sementara untuk produk non-woven SPV, kata Adit, akan mengekspor ke seluruh dunia, dengan 3 wilayah terbesar yakni Amerika Serikat, Eropa, dan Brasil. Sementara itu, untuk penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), SPV masih menggunakan bahan baku dari luar dan dalam negeri.

“Tapi mungkin sama, mungkin 50-50, karena part-nya memang dari luar, kita dapat yang bersertifikasi terbarukan,” ujar Adit.

Baca Juga :   Kadin: Rencana Setop Ekspor Gas ke Singapura Keputusan Gemilang

Meski demikian, besarnya jumlah ekspor yang dilakukan SPV, kata Adit, disebut dapat menyumbang devisa bagi pertumbuhan ekonomi nasional. “Tapi kalau kita nanti ekspor 70% sebetulnya tetap devisa jauh lebih banyak untuk Indonesia,” ujar Adit.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menyambut baik upaya SPV dalam membawa terobosan di industri tekstil Tanah Air. Langkah yang diambil SPV diharapkan dapat diikuti industri tekstil lainnya.

Ke depannya, kata Taufiek, kebutuhan terhadap produk tekstil yang ramah lingkungan dinilai akan semakin meningkat, seiring dengan transformasi energi baru terbarukan yang dilakukan berbagai negara. “Karena produk itu mau tidak mau artinya kebutuhan yang dilakukan oleh dunia itu masuk ke dunia green. Jadi sekarang sudah industri green tekstil, yang itu akan mendominasi pasar,” ujar Taufiek.

Masih kata Taufiek, pemerintah akan terus mendorong transformasi produk yang lebih ramah lingkungan agar dapat mewujudkan Indonesia net zero emission pada 2060. “Jadi kita diagnosis lagi mana yang perlu kita dorong untuk bertransformasi. Jadi kita juga sudah mulai melakukan langkah-langkah terutama untuk industri supaya menurunkan karbon, supaya dia lebih kompetitif lagi,” ujar Taufiek.

Leave a reply

Iconomics