Kinerja Perdagangan Berjangka Komoditi Tahun 2020 Catat Rekor Baru, BBJ dan KBI Optimistis Hadapi Tahun 2021

0
564

Industri Perdagangan Berjangka Komodoti di akhir tahun 2020 diwarnai dengan pecahnya rekor transaksi sepanjang sejarah. Merilis data dari Bursa Berjangka Jakarta, ditengah pendemi Covid-19 sampai dengan pertengahan Desember 2020 ini, total transaksi tercatat sebesar 9.023.951,21 Lot.

Pencapaian volume transaksi ini telah memecahkan rekor atas pencapaian transaksi tertinggi dalam sejarah selama 20 tahun beroperasi. Total volume transaksi tersebut terdiri dari transaksi Multilateral sebanyak 1.617.55 Lot dan Bilateral sebesar 7.406.396,21 Lot. Sebelumnya, rekor transaksi tertinggi di Bursa Berjangka Jakarta terjadi di tahun 2019 dengan volume transaksi sebesar 7,94 juta Lot.

Stephanus Paulus Lumintang, Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange mengatakan pecahnya rekor transaksi ini tentu sangat menggembirakan dan tentunya sesuatu yang positif bagi Industri Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia.

Stephanus mengatakan ada beberapa faktor pendorong terjadinya rekor baru transaksi ini. Dari dalam negeri, adanya Covid-19 yang mengharuskan masyarakat melakukan kegiatan dari rumah, turut mendorong kenaikan transaksi karena memang Bursa Berjangka Jakarta menyiapkan berbagai perangkat dan sistem teknologi untuk mendukung transaksi secara online. Selain itu, faktor global seperti pemilu di AS, harga minyak yang pernah menyentuh minus, harga emas yang bergerak naik dan turun cukup drastis, serta semakin meningkatnya pemahaman dan kepercayaan investor dalam negeri untuk berinvestasi di perdagangan berjangka turut menjadi stimulus atas naiknya transaksi di Bursa Berjangka Jakarta.

Baca Juga :   Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia: Layanan Berjalan Meski Beroperasi Terbatas

Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menambahkan peningkatan transaksi di perdagangan berjangka komoditi sepanjang tahun 2020 ini membuktikan bahwa industri ini cukup tahan terhadap guncangan.

“Kita lihat pertumbuhan ekonomi nasional maupun global di tahun 2020 ini mengalami kontraksi yang cukup tajam. Pencapaian ini tentunya juga membuktikan bahwa investasi di perdagangan berjangka komoditi telah menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat dalam menentukan alternatif dalam berinvestasi,” ujar Fajar dalam keterangan pers, Selasa (22/12).

PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berfungsi sebagai Lembaga Kliring Penjaminan dan Penyeleasian Transaksi di Perdagangan Berjangka Komoditi serta Pasar Fisik Komoditas di Bursa Berjangka Jakarta.

Pencapaian volume transaksi yang terjadi di tahun 2020 ini memberikan optimisme bagi Bursa Berjangka Jakarta dan PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik di tahun 2021.  Selain pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mulai tumbuh positif, secara global ekonomi pun mulai bergerak pasca Covid-19 melanda hampir semua negara di dunia. Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di 5 %. Sedangkan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di 6,1 %.

Baca Juga :   Manfaatkan Teknologi Informasi, Resi Gudang Diprediksi Tumbuh

“Untuk tahun 2021, kami sangat optimis industri perdagangan berjangka komoditi akan tumbuh lebih baik lagi dibandingkan dengan tahun 2020. Selain mempertimbangakn faktor internal dan eksternal yang ada, Bursa Berjangka Jakarta senantiasa menyiapkan inovasi-inovasi produk berupa kontrak-kontrak baru yang akan memenuhi kebutuhan dan diminati pasar. Untuk tahun 2021, kami mentargetkan volume transaksi bisa mencapai 10 juta Lot,” ujar Stephanus.

Senada, Fajar Wibhiyadi juga optimistis tahun 2021  transaksi perdagangan berjangka komoditi akan tumbuh positif. “Kita tahu, tahun depan Indonesia sudah siap dengan pelaksanaan vaksin Covid-19, yang ini tentunya akan memberikan angin segar bagi para pelaku bisnis untuk lebih lincah bergarak setelah di tahun 2020 agak menahan ditengah wabah Covid-19 yang ada. Dan ini tentunya akan memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan ekonomi nasional,” ujar Fajar.

Perdagangan Berjangka Komoditi pada tahun 2021 juga akan diwarnai dengan dimulainya transaksi di Pasar Fisik Emas Digital. Kolaborasi BBJ dan KBI dalam menghadirkan Pasar Fisik Komoditas sebelumnya dilakukan di tahun 2019 dengan adanya Pasar Fisik Timah Murni Batangan.

BBJ sendiri telah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sebagai Bursa untuk Pasar Fisik Emas Digital, sedangkan PT Kliring Berjangkan Indonesia (Persero) mendapatkan izin dari Bappebti sebagai Lembaga Kliring serta Lembaga Depository.

Baca Juga :   Kliring Berjangka Indonesia Integrasikan 3 ISO Sebagai Langkah Efisiensi

“Kami proyeksikan Pasar Fisik Emas Digital ini kedepan akan menjadi salah satu instrumen investasi yang diminati masyarakat. Kita lihat ditengah disrupsi teknologi yang ada saat ini, masyarakat membutuhkan sarana investasi yang mudah dijangkau dengan teknologi, namun tetap memberikan keamanan dalam investasi,” ujar Fajar.

Stephanus menambahkan Pasar Fisik Emas Digital di tahun 2021 diperkirakan akan mendorong minat masyarakat untuk investasi di perdagangan berjangka komoditi. Karena dengan Pasar Fisik Emas Digital, masyarakat dapat melakukan investasi emas dengan nilai yang lebih terjangkau.

“Terkait pasar fisik emas digital ini, BBJ telah menyiapkan 2 skema, yaitu On Exchange dan Off Exchenge. Kami optimis awal tahun 2021 transaksi pasar fisik emas digital ini sudah mulai berjalan. Dan ini tentunya akan meramaikan ekosistem investasi di perdagangan berjangka komoditi Indonesia,” ujar Stephanus.

 

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics