Simak Isu-isu yang Mempengaruhi Pasar Saham Pekan Pertama November

0
120

Setelah libur panjang sejak Rabu (28/10), pasar saham Indonesia diperkirakan akan melemah menyesuaikan dengan kondisi pasar luar negeri yang cenderung koreksi selama beberapa hari ini.

“Pelaku pasar menanti pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal ke III dan lanjutan laba perusahaan. Naiknya kasus Covid-19 menjadi tekanan bagi pasar saham dunia. IHSG berpeluang konsolidasi melemah di pekan ini dengan support di level 5.095 sampai 5.000 dan resistance di level 5.182 sampai 5.200,” Hans Kwee, analis pasar modal dan Direktur PT Anugerah Mega Investama, Minggu (1/11).

Pada pekan lalu, sebelum libur panjang IHSG ditutup di level 5.128, turun 0,31%. Hans mengungkapkan ada sejumlah isu yang bakal mempengarui IHSG pada pekan pertama November ini.

Pertama, meningkatkan kasus Covid-19 di sejumlah negara sehingga kebijakan pembatasan akivitas sosial dan bisnis kembali dilakukan. Peningkatan kasus telah mendorong Jerman dan Prancis mengumumkan pembatasan di sektor bisnis. Prancis mengharuskan warga tinggal di rumah mulai Jumat lalu. Jerman akan menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 November hingga akhir bulan. Pemerintah Inggris di bawah tekanan untuk memperketat pembatasan dengan kenaikan kasus selama sembilan hari terkahir.

“Kenaikan kasus Covid-19 yang diikuti langkah penguncian akan sangat menganggu pemulihan ekonomi dan berpotensi mendorong pasar keuangan terkoreksi. Terlihat pasar Amerika dan Eropa rata-rata tertekan turun dalam sepekan akibat berita ini,” ujar Hans.

Baca Juga :   Dapat Pernyataan Efektif dari OJK, MUTU Siap Raih Dana Rp 101,82 M dari IPO

Kedua, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Produk Domestik Bruto Amerika Serikat kuartal ketiga naik secara tahunan sebesar 33,1%, pertumbuhan tercepat yang pernah ada sejak pemerintah mulai mencatatnya pada 1947. Kenaikan ini terjadi setelah penurunan 31,4% pada kuartal kedua. Pertumbuhan ini juga lebih baik dari ekspektasi sejumlah ekonom yang disurvei Dow Jones, yakni 32%. Pemulihan ekonomi yang ditunjukan pertumbuhan PDB setelah penguncian dicabut lebih baik dari yang di perkirakan sebelumnya.

“Banyak negara mengalami kasus yang mirip dimana terjadi pemulihan ekonomi yang cepat setelah pembukaan lockdown akibat Covid-19. Tetapi kebangkitan dan ancaman wave ke-2 Covid-19 menimbulkan kekhawatiran ekonomi kembali tertekan,” ujar Hans.

Ketiga, pasar saham, jelas Hans, juga akan dipengaruhi oleh hasil pemilihan presiden Amerika Serikat yang digelar pada 3 November. Hans mengatakan hasil survei Reuters saat ini kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden unggul di atas Presiden Donald Trump secara nasional sebesar 10%. Tetapi masih ada persaingan di sejumlah negara bagian yang diperkirakan akan menentukan hasil akhir siapa yang terpilih. “Hal ini ditambah pengalaman empat tahun lalu dimana jajak pendapat serupa tidak memprediksi kemenangan Trump. Ada potensi pertarungan hukum antara Partai Republik dan Demokrat tentang cara menghitung suara telah meningkatkan risiko perdebatan akan hasil pemilu. Hal ini merupakan faktor negatif bagi pasar keuangan,” ujarnya.

Baca Juga :   Resmi Tercatat di Bursa, Harga Saham Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) 'Terbakar' di Hari Pertama

Keempat, Moderna sedang mempersiapkan peluncuran secara global dari vaksin virus korona. Vaksin Moderna dikembangkan dengan bantuan National Institutes of Health. Moderna menjadi salah satu perusahaan pembuat vaksin Covid-19 terdepan. Pekan lalu perusahaan telah menyelesaikan pendaftaran untuk uji coba tahap akhir yang melibatkan 30.000 peserta. Pada minggu lalu ada 25.650 peserta telah menerima dosis ke dua vaksin Covid-19. Perusahaan mengharapkan Penilaian dari dewan pemantauan keamanan tentang hasil uji coba. Vaksin virus korona baru perusahaan bila berhasil dapat digunakan untuk keperluaan darurat pada Desember jika mendapat hasil positif dari uji coba sementara pada November. Sampai akhir tahun vaksin yang ada hanya untuk keperluaan darurat sehingga masalah Covid-19 masih akan menjadi perhatian pelaku pasar.

Kelima, European Central Bank (ECB) mempertahankan suku bunga dan menjaga lingkungan kebijakan moneter tidak berubah. ECB mengindikasikan akan memberikan kebijakan tambahan di zona Eropa pada bulan Desember. Hal ini tidak lepas dari perkiraan gangguan ekonomi akibat langkah penguncian baru di sebagian negara di benua Eropa. Nampaknya langkah ini mungkin sekali di ikuti oleh bank sentral lain mengingat terjadi peningkatan kasus Covid-19 di berbagai tempat.

Baca Juga :   BEI Imbau Investor Tak Perlu Panik Walau Kinerja Perdagangan Saham Turun

Keenam, laporan keuangan emiten untuk kuartal ketiga. Hans mengatakan data dari Refinitiv menunjukan sekitar 260 perusahaan dari dalam Indeks S&P 500 telah melaporkan kinerjanya pada kuartal ke tiga. Ada 85 % melaporkan kinerja yang lebih baik dari perkiraan. Hal yang sama juga akan terjadi di emiten BEI karena penerapan PSBB transisi mendorong ekonomi naik. Tetapi sebagian saham mulai terkoreksi lebih disebabkan aksi ambil untung dan ancaman wave ke-2 Covid-19 serta langkah yang diambil banyak Negara dengan melakukan penguncian kembali.

Ketujuh, perundingan Brexit menjadi sisi lain yang diperhatikan pelaku pasar ditengah pandemi. Semakin mendekati deadline Brexit membuat perundingan Inggris dan Uni Eropa mendapat perhatian. Inggris diperkirakan akan mengecam baik Uni Eropa maupun USA atas praktik perdagangan yang “merusak” karena Inggris berupaya untuk mengamankan pengaturan perdagangan pasca Brexit dengan kedua sekutu utamanya. Sulit mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak membuat sentimen ini cenderung negatif bagi pasar keuangan.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics