Turun Signifikan, NAV Saratoga Rp48,9 Triliun di Tahun 2023

0
24

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) menyampaikan keberhasilannya mengoptimalkan kinerja perusahaan-perusahaan portofolionya melalui capaian dividen dan hasil divestasi yang menguntungkan pada tahun 2023. Arus kas dividen dan divestasi Saratoga di akhir tahun yang mencapai level tertinggi yaitu sebesar Rp3,9 triliun.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengatakan tahun 2023 merupakan momentum penting bagi Saratoga dalam menjalankan strateginya sebagai perusahaan investasi. Selain mendorong peningkatan dividen di tengah kondisi pasar yang dinamis, Saratoga juga berhasil melakukan divestasi dan monetisasi terhadap portofolio yang sudah matang dan menghasilkan return maksimal bagi perusahaan.

“Kami bersyukur pada tahun 2023, Saratoga mampu mencapai rekor pendapatan dividen tertinggi dari perusahaan portofolio, sehingga menjadikan likuiditas perusahaan sangat kuat. Dengan dana kas tersebut, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di tahun 2023 maupun pada tahun-tahun yang akan datang,” kata Devin dalam keterangan resminya.

Devin juga menyampaikan bahwa di tahun 2023 lalu Saratoga mencatat Nilai Aset Bersih (Net Asset Value/NAV) sebesar Rp48,9 triliun. NAV tersebut mengalami penurunan 20% dibandingkan tahun 2022.

Baca Juga :   Harga Sahamnya Naik di Atas 20% (ytd), Merdeka Copper Gold akan Buyback Saham Maksimal Rp568 Miliar

“Gejolak harga komoditas sepanjang tahun 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). Fluktuasi harga saham tersebut ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun lalu,” kata Devin.

Devin berkeyakinan bahwa dengan fundamental baik yang dimiliki, perusahaan portofolio seperti ADRO dan MDKA akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Apalagi dua entitas perusahaan tersebut berada di sektor strategis, yaitu komoditas batubara, emas, nikel dan juga bisnis hilirisasi komoditas, yang berdampak langsung terhadap perekonomian global maupun domestik.

Direktur Keuangan Saratoga, Lany D. Wong mengungkapkan Saratoga berhasil dalam memperkuat likuiditas internal pada tahun 2023. Hal ini terlihat dari penurunan posisi utang yang juga berdampak pada terpangkasnya biaya bunga hingga 49% di tahun 2023. Keberhasilan ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mengelola modal secara hati-hati di tengah masih berlangsungnya iklim suku bunga dunia yang tinggi.

Baca Juga :   Boy Thohir Mundur dari Komisaris Merdeka Copper

“Berdasarkan posisi 31 Desember 2023, kami menurunkan utang bersih Saratoga hingga 62% menjadi Rp263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp688 miliar. Kami juga berhasil menjaga rasio biaya dan utang tetap berada pada tingkat yang sehat. Biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5% dan loan to value menjadi 0,4% dari sebelumnya 1,1% pada tahun 2022,” kata Lany.

Lany menyatakan tahun ini Saratoga akan terus aktif dalam menjalankan strategi investasinya. Langkah ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif. Berakhirnya proses pemilihan umum secara damai pada Februari lalu juga menjadi modal yang baik bagi pelaku usaha untuk terus berinvestasi dan mengembangkan bisnis mereka.

Leave a reply

Iconomics