Kolaborasi Korporasi dan Petani Karet Indonesia, Kuat dan Sejahtera Bersama

Oleh: Hendy Endarwan. Penulis adalah Praktisi Industri Karet dan Mahasiswa Doktoral Perbanas Institute.
0
28

Harga karet alam di SGX Sicom terus terkerek. Jumat (21/02/2025), harga ditutup senilai 2,061/kg. Memasuki hari Senin (24/02/2025), harga komoditas ini masih melenting hingga US$2,066/kg. Kenaikan harga ini menjadi angin segar bagi para petani karet di Indonesia, yang sudah memberi kontribusi sekitar 85% dari total produksi karet alam nasional.

Mayoritas para petani karet Indonesia adalah petani rakyat. Paling banter, luas kebun mereka hanya 3 hektare. Dalam 15 tahun terakhir, mereka telah menghadapi tantangan akibat harga karet yang rendah. Kondisi ini berdampak signifikan pada kesejahteraan mereka dan keberlanjutan industri karet alam nasional.

Harga getah karet pada tahun 2011 sempat menyentuh US$4,82 per kg. Pada 2020, harga itu anjlok menjadi sekitar US$1,20 per kg. Akibatnya, kehidupan petani karet rakyat menjadi terpuruk. Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, termasuk membeli beras dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Perbandingan harga 1 kg karet yang dulu setara dengan 1 kg beras, jadi tak sampai setengah kilo.

Pak Sugeng, seorang petani karet rakyat asal Jambi, dengan getir mengenang masa-masa sulit tersebut. Ia mengungkapkan bahwa pendapatan dari hasil menyadap karet sehari-hari seringkali tidak mencukupi untuk membeli beras, apalagi kebutuhan hidup lainnya. Situasi ini membuat dia dan banyak petani karet lainnya merasa putus asa.

Ia menceritakan bagaimana harus berutang atau menunda pembayaran uang sekolah anak-anaknya ketika harga karet jatuh. Ia menggambarkan beratnya beban yang harus ditanggung di masa sulit tersebut. Harga karet yang rendah dan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup mendorong banyak petani karet rakyat untuk berhenti menyadap karet.

Sebagian dari mereka beralih ke komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan, seperti kelapa sawit dan kopi. Terlebih lagi, harga tandan buah segar (TBS) sawit saat ini mencapai lebih dari Rp3.000 per kilogram, jauh lebih tinggi dibandingkan harga karet.

Baca Juga :   PTPN VIII akan Konversi Perkebunan Karet Jadi Sawit

Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan penurunan luas lahan perkebunan karet rakyat sebesar 4,3% antara tahun 2015 hingga 2020. Mereka yang bertahan di tengah harga karet yang rendah harus mendapati kenyataan pahit setiap hari.

Namun tidak semua pihak berdiam diri. Kami, perusahaan pengolah karet remah terbesar di Indonesia, menggandeng berbagai pihak—pemerintah, perbankan, pelanggan, dan organisasi nirlaba– berupaya membantu petani agar tetap bertahan. Bantuan ini datang dalam berbagai bentuk, mulai dari edukasi dan pelatihan melalui penyuluh, pemberian sarana produksi dan alat produksi pertanian, hingga program beasiswa untuk anak-anak petani.

Edukasi oleh penyuluh dari perusahaan sangat membantu petani karet rakyat dalam meningkatkan produktivitas mereka. Melalui pelatihan, para petani diajari cara menyadap karet dengan lebih baik dan efisien, sehingga hasil yang mereka dapatkan bisa lebih optimal.

Selain itu, penyuluh juga memberikan pelajaran tentang cara merawat kebun karet alam agar tetap produktif, bahkan bisa lebih produktif dari sebelumnya. Salah satu aspek yang diajarkan dalam pelatihan adalah bagaimana memilih bahan pembeku yang tepat untuk meningkatkan kualitas karet yang dihasilkan. Pengetahuan seperti ini sangat penting karena karet dengan kualitas lebih baik akan dihargai lebih tinggi di pasar.

Bantuan lainnya datang dalam bentuk pemberian sarana produksi, seperti pupuk dan alat sadap. Bantuan ini memungkinkan para petani untuk tetap menjaga kebun mereka dalam kondisi produktif meskipun harga karet sedang rendah. Pak Darminson, seorang petani karet dari Sumatera Selatan, mengaku sangat terbantu oleh bantuan yang diberikan. Ia mengungkapkan bahwa pelatihan yang ia terima sangat bermanfaat.

Baca Juga :   Natal dan Libur Akhir Tahun Dorong Pola Konsumsi Masyarakat

Dengan bantuan alat sadap dan pupuk, kebunnya tetap produktif, dan ia bisa menyadap karet dengan teknik yang lebih baik. “Kalau tidak ada bantuan dari perusahaan, mungkin saja saya sudah lama berhenti menjadi petani karet,” ujarnya.

Program beasiswa juga menjadi salah satu bantuan yang berarti bagi petani karet rakyat. Program ini dirancang untuk memastikan anak-anak petani tetap melanjutkan pendidikan. Pak Darminson juga merasakan dampak positif program ini. Anak-anaknya tetap bisa bersekolah karena adanya bantuan beasiswa dari perusahaan. Tanpa beasiswa tersebut, sulit baginya untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, terutama di masa-masa sulit dulu.

 

Harapan Baru di Tengah Kenaikan Harga

Kolaborasi antara korporasi dan petani karet di Indonesia ternyata berperan krusial dalam meningkatkan kesejahteraan petani, produktivitas, dan keberlanjutan industri karet alam nasional. Dwi Indra Purnomo (2023) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan kemitraan yang kuat dapat membuka akses petani terhadap teknologi, pelatihan, pasar yang lebih luas, dan praktik pertanian berkelanjutan.

Apalagi keadaan sekarang sudah mulai membaik. Sejak pertengahan 2021, harga karet alam dunia mulai mengalami peningkatan bertahap. Pada 2023, harga karet alam berada di kisaran US$1,8 hingga US$2 per kg, naik cukup signifikan. Bagi para petani, perbaikan harga ini membawa harapan baru. Mereka mengaku kembali bersemangat untuk menyadap pohon karetnya karena hasilnya mulai bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Selain perbaikan harga, program sertifikasi karet alam juga memberikan manfaat besar bagi para petani karet alam. Sertifikasi seperti Forest Stewardship Council (FSC) membantu memastikan bahwa karet yang diproduksi oleh petani karet telah memenuhi standar keberlanjutan. Karet alam yang bersertifikat FSC ini dihargai lebih tinggi di pasar internasional, memberikan tambahan pendapatan bagi petani karet.

Baca Juga :   Langkah Kemenperin Dorong Daya Saing Karet Indonesia

Berdasarkan laporan Global Platform for Sustainable Natural Rubber (GPSNR), harga karet alam yang bersertifikasi FSC bisa lebih tinggi hingga 10-15%. Bagi petani, sertifikasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatannya, tetapi juga memberikan pelatihan dalam mengelola kebun karet dengan lebih baik. Dengan adanya Sertifikasi FSC, harga karet yang mereka terima lebih tinggi, dan mereka juga dibantu dalam pengelolaan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Meskipun masih ada tantangan yang dihadapi oleh para petani karet rakyat, kenaikan harga karet alam saat ini memberikan optimisme baru. Banyak petani yang mulai kembali menyadap pohon karet mereka, memperbaiki kebun, dan berharap kondisi ini terus berlanjut. Kini, mereka bisa kembali menyekolahkan anak-anaknya tanpa khawatir, dan kebutuhan rumah tangga bisa dipenuhi dengan lebih mudah.

Masa depan industri karet alam Indonesia memang sudah lebih baik. International Rubber Study Group (IRSG) menyatakan permintaan karet alam global akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan, terutama dari industri otomotif dan ban yang merupakan konsumen terbesar. Ini adalah harapan besar bagi kesejahteraan petani karet alam Indonesia. Mereka kini dapat menyongsong masa depan dengan optimisme dan harapan yang lebih baik, setelah bertahun-tahun berada dalam ketidakpastian.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics